PT Pan Brothers Tbk berencana menerbitkan saham baru melalui skema hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue pada kuartal I 2022. Perusahaan tekstil ini menargetkan tambahan modal mencapai US$ 50 juta atau Rp 717,4 miliar (asumsi kurs Rp 14.348/US$) dari aksi tersebut.
Wakil Direktur Utama Pan Brothers Anne Patricia Sutanto mengatakan, mayoritas dana right issue akan digunakan untuk mendukung proses restrukturisasi. Selebihnya akan digunakan sebagai sumber dana belanja modal.
"(Strategi restrukturisasi) short term-nya (jangka pendeknya) adalah right issue untuk ketergantungan modal kerja ke perbankan, dan kami baru amortisasi pada tahun kedua," kata Anne dalam paparan publik perseroan, Rabu (15/12).
Dengan kata lain, emiten industri tekstil dan produk tekstil (TPT) berkode PBRX ini baru mulai proses pelunasan utang pada tahun kedua perpanjangan utang. Jika perjanjian restrukturisasi disetujui sebelum tahun ini berakhir, PBRX baru mulai mencicil utang dengan nilai total US$ 309,6 juta pada 2023.
Anne mengatakan, salah satu perjanjian restrukturisasi dengan para kreditur adalah perpanjangan masa jatuh tempo rata-rata hingga 2 tahun. Secara rinci, jatuh tempo kredit sindikasi dna bilateral diperpanjang 2 tahun, sedangkan pinjaman dalam bentuk notes diperpanjang 4 tahun.
Proses restrukturisasi dinilai telah menembus level 90% lantaran Pengadilan SIngapura telah melakukan pengambilan suara kepada para kreditur pada 7 Desember 2021 melalui Morrow Sodali Limited. Hasilnya, mayoritas kreditur di setiap platform menyetujui skema yang diajukan perseroan.
Secara rinci, sebanyak 95,75% dari jumlah notes menyetujui skema, sedangkan seluruh jumlah pinjaman berbentuk sindikasi dan bilateral menyetujui skema.
Adapun, pelunasan utang hanya akan dilakukan pada pinjaman sindikasi dan notes. Pasalnya, pinjaman bilateral yang diterima PBRX berbentuk letter of credit (LC). Sebagai informasi, LC merupakan produk perbankan berupa penjaminan pembayaran transaksi antara eksportir dan importir.
Secara jangka menengah, PBRX berencana untuk memperbaiki pembiayaan rantai pasok yang bermitra dengan perseroan. Strategi itu merupakan salah satu hasil diskusi restrukturisasi dengan para debitur perseroan. Anne menilai ekosistem industri keuangan di dalam negeri masih terlalu kaku terkait pembiayaan rantai pasok.