Pengusaha Hary tanoesoedibjo segera merealisasikan rencana konsolidasi perusahaan digital miliknya di bawah naungan PT MNC Studios International Tbk. Caranya, perusahaan akan mengakuisisi tiga anak usaha Grup MNC, yakni PT MNC Digital Indonesia (MDI), PT MNC Portal Indonesia (MPI), dan PT MNC OTT Network(OTT).
Berdasarkan pengumuman perusahaan, nilai transaksi akuisisi itu mencapai Rp 3,38 triliun. MSIN akan membeli saham ketiga perusahaan itu dengan menerbitkan Surat Sanggup. Dokumen itu akan mengenakan bunga pada pembelian masing-masing perusahaan sebesar 11,33% per tahun dan jatuh tempo pada 3 Desember 2026.
Sementara itu, untuk melunasi Surat Sanggup, MNC Studios akan menambah modal dengan menerbitkan saham baru melalui mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau rights issue pada semester I 2022.
"Perseroan berencana untuk melakukan rencana tersebut setelah mendapatkan persetujuan pemegang saham independen melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 7 Februari 2022," seperti tertulis dalam prospektus. dikutip Jumat (31/12).
Secara rinci, emiten media digital berkode MSIN ini akan membeli 1,19 juta saham milik induk usaha atau PT Media Nusantara Citra Tbk atau MNCN dalam MDI, membeli 548,99 juta milik MNCN dalam MPI, dan membeli 799,99 juta saham milik PT MNC Vision Networks Tbk di OTT. Dengan demikian, pemilikan MSIN pada ketiga perusahaan itu masing-masing mencapai 99,99%.
Pengambilalihan ketiga perusahaan itu dinilai dapat memberikan dampak positif bagi perseroan. Adapun, pertimbangan akuisisi adalah target perseroan untuk menjadi Group Digital Entertainment terbesar dan terintegrasi di dalam negeri.
Sejauh ini, MNCN melalui anak usahanya memiliki dua jenis VoD, yakni RCTI+ dengan jenis Advertising-based VoD dan Vision+ dengan jenis Subscription-based VoD. Dengan kata lain, RCTI+ dapat digunakan secara gratis, sedangkan Vision+ merupakan layanan yang mengharuskan penonton berlangganan untuk menikmatinya. Jumlah pelanggan aktif bulanan kedua aplikasi itu hingga Oktober 2021 telah mencapai 110,5 juta.
Di samping itu, MNCN memiliki enam portal konten dengan genre yang berbeda, yakni okezone.com (informasiumum), sindonews.com (ringkasan berita sepanjang 60 kata), inews.id (berita nasional dan daerah), idxchannel.id (berita ekonomi, celebrities.id (hiburan), dan sportstars.id (olahraga). Hingga November 2021, jumlah pengguna aktif per bulan keenam portal itu telah mencapai 79 juta.
Jenis konten digital terakhir adalah platform agregator berita, BuddyKu. Platform ini menggunakan sistem Machine Learning dan AI agar konten yang disajikan pada pengguna sudah dipersonalisasi.
Perseroan meramalkan pendapatan MSIN akan menembus level Rp 4,6 triliun pada 2023, sedangkan EBITDA akan mencapai Rp 1 triliun. Hingga. kuartal III/2021, pendapatan MSIN tercatat mencapai Rp 1,3 triliun dengan laba bersih senilai Rp 211 miliar.
Sebelumnya, Executive Chairman MNCN Hary Taniesoedibjo mengatakan konsolidasi ini akan memasukkan aset digital perseroan dalam manajemen MSIN. Sejauh ini, aset digital MNCN dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yakni portal media digital, aplikasi video-on-demand (VoD), dan platform berita berbasis kecerdasan buatan atau artificial intelegence (AI).
"Saya yakin (aksi korporasi ini) akan menjadi pendorong valuasi perusahaan agi keduanya, MSIN dan MNCN. Saya melihat proses ini akan tuntas pada kuartal I-2022 dan saya sangat optimis menantikan babak baru dari perjalanan transformasi digital kami seagai sebuah grup," kata Hary dalam keterbukaan informasi di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (13/12).
Berdasarkan data Stockbit, harga MSIN tercatat mengalami lonjakan pada paruh kedua 2021. Secara tahun berjalan, harga MSIN melesat 2.301 poin atau menguat 1.285,47% ke titik tertingginya sejak penawaran umum perdana di level Rp 2.480 per saham.
Harga MSIN pada IPO dibandrol senilai Rp 500 per saham. Namun, harga MSIN ditutup di level Rp 200 pada hari pertama dan tidak pernah naik lebih dari posisi itu hingga tahun ini.
Harga MSIN mulai konsisten berada di zona hijau sejak 25 Juni 2021ke level Rp 210 per saham. Adapun, lonjakan terbesar terjadi pada 26 November 2021 di titik Rp 490 per saham hingga saat ini di level Rp 2.480.