PT Mondelēz Indonesia menambah investasi US$23 juta atau sekitar Rp 320 miliar di lini pabrik Oreo. Produksi Oreo dari pabrik baru tersebut lebih ditargetkan untuk pasar ekspor dengan tujuan ekspor lebih dari 35 negara.
Lini pabrik baru yang berlokasi di Kawasan Jababeka, Cikarang, Jawa Barat, tersebut diresmikan pada hari ini, Selasa (8/2).
Penambahan investasi tersebut ditujukan untuk mengubah pabrik di Indonesia menjadi hub ekspor biskuit Oreo untuk Australia, Selandia Baru, Jepang, dan negara-negara di Timur Tengah dan Asia Pasifik.
Tambahan investasi di Cikarang membuat Mondelēz Indonesia menjadi salah satu pemasok terbesar dalam rantai bisnis Mondelēz Internasional.
Juga, semakin memposisikan posisi strategis Indonesia dalam peta bisnis Mondelēz International.
Indonesia adalah pasar terbesar Oreo di Asia Tenggara dan masuk ke peringkat lima besar secara global.
Perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut memproduksi sejumlah produk makanan terkenal seperti Oreo, KRAFT cheese, Cadbury Dairy Milk, hingga Toblerone.
"Dari tahun ke tahun permintaan ekspor dan domestik Oreo meningkat. Oleh karena itu, Mondelez mengucurkan investasi US$ 23 juta untuk ekspansi produksi Oreo untuk meningkatkan (volume) ekspor," kata President for South East Asia (SEA) Mondelez International Glenn Katon dalam Peresmian Perluasan Pabrik Mondelez Internasional secara virtual, Selasa (8/2).
Berdasarkan catatan Mondelez Indonesia, investasi ini menambah kapasitas produksi Oreo sebanyak 70%.
Adapun, sebagian besar dari hasil produksi investasi ini akan dialokasikan untuk pasar ekspor perseroan di 35 negara dari Selandia Baru, Australia, hingga negara-negara di Asia Pasifik.
Kepala Pabrik Cikarang Mondelez Indonesia Zaenal Abidin mengatakan volume ekspor biskuit Oreo selama 10 tahun terakhir meningkat lebih dari 250%.
Zaenal menambahkan kualitas produksi biskuit Mondelēz Indonesia terbukti memiliki kualitas tinggi lantaran telah dapat memasok untuk pasar Jepang dan Australia.
Dia mencontohkan biskuit Ritz besutan pabrikan di Cikarang telah menjadi biskuit cracker nomor satu di Negeri Sakura.
Untuk lini pabrik Oreo, Zaenal menjelaskan investasi penambahan kapasitas produksi Oreo tersebut merupakan yang tercepat selama pandemi Covid-19. Proses awal investasi dimulai pada 2020 dan rampung pada akhir 2021.
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat konsumsi biskuit nasional per kapita pada 2020 naik 17% dibandingkan capaian 2016 di level 1,94 kilogram (Kg) menjadi 2,28 Kg.
Sejalan dengan capaian itu, pemerintah mendata pasar biskuit dunia konsisten tumbuh positif pada 2017-2021.
Direktur Jenderal Industri Agro Putu Juli Ardika meramalkan pasar biskuit dunia mencapai US$ 135 miliar pada 2023. Adapun, ekspor biskuit nasional pada 2021 naik 25,26% menjadi US$ 704 juta dibandingkan realisasi 2017 senilai US$ 562 juta.
"Seiring dengan peningkatan konsumsi per kapita nasional dan tren pasar biskuit dunia, kami meyakini industri biskuit Indonesia akan tumbuh ke depannya," kata Putu.
Di sisi lain, Putu mendata produk domestik bruto (PDB) industri makanan dan minuman (mamin) pada 2021 tumbuh 2,54%.
Pertumbuhan PDB industri mamin memang masih di bawah pertumbuhan PDB nasional tahun 2021 yang tercatat 3,69%. Namun, ,industri mamin masih menjadi pendorong utama PDB industri pengolahan nonmigas.
Kontribusi industri mamin pada PDB industri pengolahan nonmigas pada 2021 mencapai 38,05%. ]
Adapun, nilai produksi industri manufaktur pada 2021 telah lebih besar jika dibandingkan masa pra pandemi atau 2019 menjadi senilai US$ 44,82 miliar.