PT Bank Permata Tbk (BNLI) membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 1,23 triliun sepanjang 2021. Angka itu tumbuh 70% dibanding perolehan laba pada tahun sebelumnya sebesar Rp 721,58 miliar.
Tahun lalu, Bank Permata juga membukukan aset sebesar Rp 234 triliun atau tumbuh 18,5% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 197 triliun. Kemudian, penyaluran kredit di 2021 juga tumbuh 6,2% menjadi Rp 125,5 triliun. Adapun, pertumbuhan tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan kredit korporasi sebesar 12% dan pertumbuhan KPR sebesar 22% secara tahunan.
Sementara dari sisi pendanaan, simpanan nasabah di 2021 tumbuh sebesar 24% yang utamanya dikontribusikan oleh pertumbuhan tabungan dan giro sebesar 30%. Hal itu sejalan dengan strategi perseroan untuk memfokuskan pertumbuhan simpanan nasabah dengan biaya dana yang lebih murah, untuk mendukung penyaluran kredit dengan suku bunga yang lebih bersaing dalam jangka panjang.
"Sejalan dengan ini, rasio CASA Bank mengalami peningkatan menjadi 54%, lebih tinggi dibandingkan posisi Desember 2020 sebesar 51%," kata Direktur Utama Bank Permata Chalit Tayjasanant, dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (16/3).
Lebih lanjut, perseroan juga membukukan pendapatan operasional sebesar Rp 10,1 triliun atau tumbuh sebesar 11% secara tahunan, sehingga laba operasional sebelum pencadangan tumbuh sebesar 24% menjadi sebesar Rp 4,7 triliun.
Chalit menyebut, pertumbuhan pendapatan operasional dikontribusikan oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 17%, sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit di tahun 2021.
"Hal ini juga mencerminkan pengelolaan dana, baik simpanan nasabah maupun dana setoran modal dari pemegang saham, dapat dikelola secara optimal," kata dia.
Ia menyebut, perseroan tetap menjalankan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit yang diberikan, mengingat dampak pandemi yang masih terus berlanjut dan secara tidak langsung telah menyebabkan peningkatan risiko kredit inheren.
Hal ini tercermin dalam peningkatan rasio non performing loan atau NPL gross pada Desember 2021 menjadi 3,2% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,9%. Namun demikian, rasio NPL net terjaga lebih baik menjadi 0,7% dibandingkan dengan 1% di 2020. Sementara itu, rasio NPL coverage bank dipertahankan secara mencukupi di kisaran 227%.
Di samping itu, Chalit menyebut, rasio permodalan perseroan merupakan salah satu yang terkuat di antara 10 besar bank komersial, dengan rasio CAR dan CET-1 sebesar masing-masing 35% dan 27%.
"Dengan pencapaian saat ini, kami yakin dapat menjadi waralaba deposito dan wealth terkemuka, mitra ekosistem pilihan bagi pelaku bisnis dan teknologi, serta pemimpin dalam layanan digital-first perbankan di Indonesia di tahun mendatang,” ujarnya.