Emiten bank digital, PT Bank Jago Tbk (ARTO) memaparkan strategi mengembangkan produk sekaligus mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di era digitalisasi perbankan.
Komisaris Bank Jago Anika Faisal mengatakan, perseroan akan berupaya untuk semakin memahami dan mengindentifikasi kebutuhan nasabah dan masyarakat, sehingga layanan dan produk yang ditawarkan tidak kehilangan relevansi dengan kebutuhan nasabah.
"Dalam memenangkan persaingan, kuncinya adalah bagaimana kita bisa semakin dalam dan erat untuk memahami kebutuhan nasabah. Kalau sebagai penyedia jasa keuangan gagal mengidentifikasi apa yang menjadi kebutuhan nasabah, maka kita akan kehilangan relevansi dan ditinggalkan nasabah," kata Anika dalam Indonesia Data dan Economic Conference 2022 (IDE) Katadata, Rabu (5/4).
Ke depannya, Anika menyebut bahwa, tidak menutup kemungkinan untuk perseroan berkolaborasi dengan ekosistem penyedia jasa keuangan lainnya, dengan mengamati perkembangan perubahan perilaku masyarakat, khususnya para nasabah.
Ia menyebut, maraknya pertumbuhan bank digital salah satunya disebabkan oleh pandemi Covid-19, di mana mobilitas masyarakat dibatasi, sehingga bank bertransformasi untuk menyediakan produk dan memberikan layanan kepada nasabah melalui platform digital.
Kemudian, munculnya pendatang baru penyedia jasa keuangan yang memanfaatkan teknologi digital, khususnya di sektor pembiayaan seperti e-wallet dan fintech. Hal itu yang membuat banyak bank bertransformasi untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangan digital.
"Banyak bank yang berubah dengan memberikan pelayanan yang lebih efisien, untuk melayani skala ekonomi yang lebih luas," katanya.
Lebih lanjut, Anika meyakini bahwa kehadiran bank digital merupakan jawaban dari pengembangan inklusi keuangan, sepanjang infrastruktur teknologi dan informasi, serta konektivitas dapat menjangkau seluruh wilayah Indonesia.
Tahun lalu, Bank Jago berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 86 miliar. Hal ini ditopang oleh pertumbuhan kredit yang agresif, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di level rendah, dan struktur biaya dana yang membaik.
Bank Jago menyalurkan kredit sebesar Rp 5,37 triliun sepanjang tahun lalu atau meningkat 491% dari akhir 2020 sebesar Rp 908 miliar. Pertumbuhan kredit yang tinggi juga mendorong pendapatan bunga meningkat 624% menjadi Rp 652 miliar. Sementara itu beban bunga terkerek 147% menjadi Rp 63 miliar.
Dengan demikian, pendapatan bunga bersih tercatat Rp 590 miliar atau tumbuh 812%. Kemudian, net interest margin (NIM) berada di angka 7,4%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 4,7%. Selain itu, Bank Jago juga meraih fee based income sebesar Rp 56 miliar, tumbuh hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Selama 2021, Bank Jago juga telah berkolaborasi dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending). Hal ini melengkapi integrasi Bank Jago dengan super app Gojek, aplikasi reksadana online Bibit, dan platform trading online Stockbit.