PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) mencatatkan rugi bersih Rp 1,67 triliun sepanjang 2021, atau membengkak 24,01% dari jumlah kerugian pada periode sama pada tahun lalu sebesar Rp 1,34 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan, BUKA membukukan pendapatan bersih Rp 1,86 triliun atau tumbuh 38,38% dari sebelumnya sebesar Rp 1,35 triliun.
Secara rinci disebutkan, pendapatan marketplace berkontribusi sebesar Rp 990,18 miliar atau turun 4,04% dari sebelumnya Rp 1,03 triliun. Kemudian, pendapatan mitra Bukalapak tumbuh sebesar 284% menjadi Rp 764,55 miliar dari sebelumnya Rp 198,82 miliar.
Lalu, pendapatan dari BukaPengadaan menyumbang sebesar Rp 114,38 miliar atau turun 5,42% dari sebelumnya Rp 120,94 miliar.
Di samping itu, beban penjualan dan pemasaran senilai Rp 1,63 triliun sepanjang 2021. Beban tersebut tercatat naik 788%% dibanding periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,51 triliun. Hingga akhir Desember 2021, beban pokok pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 441 miliar.
Bukalapak mencatatkan total nilai pemrosesan atau processing value (TPV) tahun 2021 senilai Rp 122,6 triliun. Nilai TPV perseroan didukung oleh peningkatan jumlah transaksi sebesar 26% dan kenaikan sebesar 14% pada Average Transaction Value (ATV) sepanjang 2020 sampai dengan 2021.
Sebanyak 73% TPV perseroan berasal dari luar daerah Tier 1 di Indonesia, di mana penetrasi all-commerce dan tren digitalisasi warung serta toko ritel tradisional terus menunjukan pertumbuhan yang kuat.
Sementara itu, mitra Bukalapak yang merupakan penggerak utama pertumbuhan perseroan, di mana TPV mitra Bukalapak hingga akhir Desember 2021 mencapai Rp 56,2 triliun. Adapun, kontribusi mitra terhadap TPV perseroan meningkat 43% pada 2021.
"Hal ini didukung oleh berkembangnya variasi produk dan jasa yang ditawarkan oleh perseroan kepada para mitra. Pada akhir Desember 2021, jumlah mitra yang telah terdaftar mencapai 11,8 juta, meningkat dari 6,9 juta pada periode yang sama sebelumnya," ungkap manajemen Bukalapak dalam keterangan resminya, Rabu (13/4).
Manajemen BUKA mengungkapkan, perseroan berhasil menekan kerugian EBITDA. Kerugian EBITDA pada 2021 tercatat 6% lebih baik dibandingkan periode yang sama di tahun lalu, dengan rasio kerugian EBITDA terhadap TPV yang membaik menjadi 1,3% di 2021, dari 1,9% pada periode yang sama tahun lalu.
Hingga akhir Desember 2021, BUKA memiliki aset Rp 26,61 triliun, atau meningkat dari sebelumnya sebesar Rp 2,59 triliun per Desember 2020. Aset lancar perseroan menjadi Rp 25,84 triliun dari Rp 1,76 triliun. Aset tidak lancar juga naik menjadi Rp 766,78 miliar dari Rp 823,84 miliar.
Sementara itu, total liabilitas perseroan menjadi Rp 3,11 triliun pada 2021 dari sebelumnya Rp 985,82 miliar per Desember 2020. Liabilitas jangka pendek BUKA meningkat dari Rp 881,99 miliar menjadi Rp 3 triliun. Sementara liabilitas jangka panjang naik menjadi Rp 112,47 miliar dari Rp 103,83 miliar.