Bersama Digital Infrastructure Akuisisi 62% Saham TBIG Senilai Rp 45 T

ANTARA FOTO/IGGOY EL FITRA
Petugas melakukan pemeliharaan berkala menara (tower) telekomunikasi milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).
10/5/2022, 13.22 WIB

Bersama Digital Infrastructure Asia Pte Ltd atau dahulu bernama Provident Consolidated Holdings Pte Ltd membeli sebanyak 14,13 miliar saham atau setara dengan 62,38% saham emiten menara milik PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Bersama Digital membeli saham TBIG secara bertahap pada akhir April lalu. Transaksi dilakukan pada 22, 25 dan 26 April 2022 dengan harga pelaksanaan sebesar Rp 3.200 per saham, dengan demikian total nilai transaksi mencapai Rp 45,22 triliun.

"Tujuan transaksi adalah untuk investasi dengan status kepemilikan langsung," tulis manajemen TBIG dalam keterbukaan informasi, dikutip Selasa (10/5).

Bersama Digital membeli saham TBIG dari tiga pihak yakni dari Provident Capital Indonesia sebanyak 5,03 miliar saham yang mewakili sebanyak 22,23% dari modal disetor TBIG, dengan harga pelaksanaan Rp 3.200 per saham.

Kemudian, Bersama Digital juga membeli dari PT Wahana Anugerah Sejatera (WAS) sebanyak 5,65 miliar saham setara 24,97% senilai Rp 18,10 triliun. Setelah transaksi ini, Wahana Anugerah masih menguasai 9,26% saham milik TBIG dari sebelumnya 34,23% atau setara 7,75 miliar lembar saham. Lalu, Bersama Digital membeli sebanyak 1,02 miliar saham treasuri TBIG dengan nilai mencapai Rp 3,28 triliun.

Bersama Digital Infrastructure adalah entitas yang didirikan berdasarkan hukum negara Singapura dan dimiliki 35,17% oleh Lynwood Hills Investment Solution Pte Ltd. Di mana, Lynwood 100% sahamnya dikuasai oleh Wahana Anugerah Sejahtera yang merupakan entitas anak usaha dari PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).

Dengan demikian, Saratoga Investama memindahkan kepemilikan saham Tower Bersama dari Provident Capital dan Wahana Anugerah ke Bersama Digital Infrastructure Asia. Di samping itu, manajemen Saratoga menyatakan, transaksi ini merupakan bentuk restrukturisasi pemegang saham dan divestasi.

Tahun lalu, TBIG membukukan perolehan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 1,56 triliun pada tahun 2021. Perolehan laba bersih tersebut meningkat sebesar 53,42% dari periode yang sama di tahun sebelumnya senilai Rp 1,06 triliun. Hal ini menyebabkan nilai laba per saham dasar emiten bersandi TBIG ini meningkat dari sebelumnya Rp 48,40 per saham menjadi Rp 74,25 per saham.

Adapun, kenaikan itu seiring dengan meningkatnya pendapatan perusahaan sebesar 15,98% menjadi Rp 6,18 triliun dari tahun sebelumnya Rp 5,33 triliun. Pendapatan penyewaan menara dari beberapa operator telekomunikasi Tanah Air berkontribusi pada pendapatan perseroan.

PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) berkontribusi sebesar 35,62% terhadap pendapatan perseroan atau tercatat naik 5,71% menjadi Rp 2,20 triliun. Kemudian, pendapatan dikontribusi penyewaan menara oleh PT Indosat Tbk (ISAT) yang tercatat senilai Rp 1,33 triliun atau dengan persentase terhadap pendapatan sebesar 21,48%. Selanjutnya, PT XL Axiata Tbk (EXCL) senilai Rp 975,93 miliar, atau menyumbang sebesar 15,79% terhadap pendapatan.

Lalu, PT Hutchison 3 Indonesia senilai Rp 916,26 miliar dengan kontribusi sebesar 14,83%. Selebihnya, pendapatan dari penyewaan menara oleh PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) dan PT Smart Telecom masing-masing senilai Rp 377,14 miliar dan Rp 11,62 miliar. Kontribusinya terhadap pendapatan 7,12% dan 4,38%. Pendapatan lainnya tercatat sebesar Rp 48,61 miliar dengan kontribusi 5,16% terhadap pendapatan TBIG.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi