Emiten telekomunikasi, PT XL Axiata Tbk (EXCL), membukukan kenaikan pendapatan sebesar 8% menjadi Rp 6,75 triliun pada kuartal pertama tahun ini.
Dari pendapatan tersebut, kontribusi terbesar masih ditopang oleh pendapatan data yakni sebesar 96% terhadap pendapatan EXCL. Selama periode 3 bulan pertama di 2022, trafik data XL Axiata meningkat pesat hingga 34% secara tahunan dari 1.391 Petabyte menjadi 1.857 Petabyte.
XL tercatat membukukan pendapatan dari layanan data sebesar Rp 5,91 triliun, naik 10% secara tahunan. Sementara itu, EBITDA kuartal pertama 2022 meningkat sebesar 2% secara tahunan menjadi Rp 3,17 triliun dengan margin 47%.
Seiring dengan kenaikan pendapatan, beban biaya operasional meningkat 14% secara tahunan menjadi Rp 3,57 triliun dari Rp 3,13 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, ARPU blended perseroan meningkat menjadi Rp 36 ribu dari Rp 35 ribu di periode yang sama tahun sebelumnya, dengan jumlah pelanggan meningkat menjadi sebanyak 57 juta dan tingkat penetrasi smartphone meningkat sebesar 3% YoY menjadi 93%
Torehan itu turut berimbas pada perolehan bottom line perseroan. EXCL tercatat membukukan laba bersih senilai Rp 139 miliar.
"Pencapaian tersebut antara lain sebagai hasil dari upaya meningkatkan pengalaman pelanggan dan digitalisasi yang didukung oleh peningkatan kualitas jaringan secara berkelanjutan," kata Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini, dalam keterangan resmi, Selasa (10/5).
Dian menambahkan, peningkatan customer experience kini menjadi salah satu fokus utama perseroan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. "Hasilnya kini bisa dirasakan, di mana di kuartal pertama setiap tahun yang selalu berat, pendapatan XL Axiata tetap terus tumbuh," ujarnya.
Hingga akhir Maret 2022, total jumlah BTS 2G dan 4G XL Axiata mencapai lebih dari 133 ribu unit dari sebelumnya 94 ribu di akhir Maret 2021, dengan BTS 4G meningkat menjadi lebih dari 83 ribu. Area yang terlayani jaringan 4G juga bertambah menjadi sebanyak 460 kota/kabupaten.
Jumlah BTS 3G dari semula sebanyak 52 ribu hanya tersisa sebanyak 4.566 BTS di Maret 2022 ini dan diharapkan akan tuntas di kuartal kedua 2022.
Sementara itu, dari sisi capitalized capex EXCL mengalami penurunan 35% secara tahunan menjadi Rp 1,23 triliun. Penurunan ini disebabkan karena faktor jadwal pelaksanaan pembelanjaan modal meskipun jumlah belanja modal secara tahunan masih akan tetap sama. Rencananya di tahun ini XL Axiata juga akan mengalokasikan belanja modal dengan nilai relatif sama dengan tahun lalu sekitar Rp 9 triliiun.
Perseroan, kata Dian, juga membidik sejumlah peluang untuk meningkatkan kinerja yakni pemulihan ekonomi diprediksi akan bisa terlaksana seiring dengan diprediksi akan meredanya Covid-19 tahun ini yang berarti pertumbuhan ekonomi siap untuk pulih lagi. Kedua, cara kerja digital, termasuk di lingkungan sekolah dan kehidupan sehari-hari masyarakat, akan menciptakan permintaan jangka panjang struktural untuk data.
Selanjutnya, adalah potensi peningkatan permintaan untuk layanan fixed broadband (FTTH) karena tuntutan bekerja dari rumah dan kerja secara hibrida. Kemudian juga terkait keberadaan Omnibus Law, di mana regulasi ini membawa peluang positif jangka panjang bagi industri melalui efisiensi capex dan opex untuk 5G serta manfaat lainnya. Selain itu, XL juga melihat peluang pengembangan layanan konvergensi yang sangat luas di masa mendatang.
"Dengan akuisisi Linknet, hal ini akan sangat mendukung pengembangan bisnis konvergensi ke depannya," bebernya.