Emiten televisi kabel milik Grup Lippo, PT Link Net Tbk (LINK), mencatatkan penurunan laba bersih sebesar 48,5% menjadi Rp 128,09 miliar pada periode kuartal pertama tahun ini.
Pada periode yang sama tahun lalu, Link Net membukukan laba bersih senilai Rp 249,02 miliar. Hal ini membuat nilai laba bersih per saham dasar perusahaan tergerus menjadi Rp 47 per saham dari tahun lalu Rp 91 per saham.
Berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan, pada tiga bulan pertama tahun ini, emiten bersandi LINK ini membukukan pendapatan senilai Rp 1,05 triliun, turun 1,49% dari tahun sebelumnya Rp 1,06 triliun.
Rinciannya, pendapatan dari pihak ketiga tercatat senilai Rp 1,04 triliun dari kuartal pertama tahun 2021 senilai Rp 1,05 triliun. Sedangkan, pendapatan dari pihak berelasi turun menjadi Rp 9,60 miliar dari sebelumnya Rp 11,40 miliar.
Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok pendapatan Link Net juga turun 6,93% menjadi Rp 200,13 miliar dari Rp 215,04 miliar. Sehingga, perusahaan membukukan laba kotor senilai Rp 851,93 miliar pada kuartal pertama tahun ini.
Sampai dengan 31 Maret 2022, aset perseroan mencapai Rp 10,32 triliun, naik dari posisi Maret 2021 lalu Rp 9,74 triliun. Aset ini terdiri dari liabilitas senilai Rp 4,92 triliun dan ekuitas senilai Rp 10,30 triliun.
Pada perdagangan Senin ini, harga saham LINK bergerak melemah 0,87% ke level Rp 4,570 per saham dengan nilai kapitalisasi pasar Rp 13,08 triliun.
Perkembangan terbaru, induk PT XL Axiata Tbk (EXCL), Axiata Group Berhad sudah mengantongi restu pemegang saham untuk mengakuisisi 66% saham Link Net. Meski sebagian pemegang saham Grup Axiata menolak rencana akuisisi, Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) tetap memuluskan rencana aksi korporasi tersebut.
Mayoritas yang menyetujui mewakili 4,837 miliar saham, sedangkan yang tidak setuju memiliki 3,527 miliar saham. Ketua Grup Axiata, Tan Sri Shahril Ridza Ridzuan mengatakan bahwa para pemegang saham yang tidak setuju terutama khawatir tentang dampak pada neraca perusahaan.
"Manajemen telah meyakinkan posisi neracan perusahaan dapat dikelola dengan baik pasca akuisisi," kata Tan Sri Shahril, seperti dikutip dari The Edge.
Sebelumnya, Axiata Group Berhad pada awal Januari lalu telah menyepakati perjanjian untuk mengakuisisi 66,03% saham Link Net dari Asia Link Dewa Pte Ltd (ALD) dan PT First Media Tbk (FM) 1,82 miliar saham melalui Axiata Investments (Indonesia) Sdn Bhd (AII). Harga pelaksanaan akuisisi tersebut Rp 4.800 per saham, sehingga Axiata bakal merogoh kocek senilai Rp 8,72 triliun.
Sementara itu, Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini mengatakan, seiring dengan meningkatnya permintaan layanan digital, XL Axiata bersiap untuk mewujudkan visi menjadi operator konvergensi terkemuka di Indonesia.
"Sinergi yang akan dibuka melalui kolaborasi dengan Link Net ini menghadirkan proposisi yang menarik mengingat hal ini menjadi kesempatan untuk menggabungkan kekuatan konektivitas seluler, layanan broadband berbasis kabel, dan konten," kata Dian, beberapa waktu lalu.
Link Net mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2000 dan sejak saat itu telah berkembang menjadi salah satu penyedia akses internet berkecepatan tinggi melalui jaringan tetap (high-speed broadband) dan TV kabel di Indonesia yang menjangkau 2,8 juta rumah di 23 kota dengan basis pelanggan sebesar sekitar 860.000.