Surya Esa Perkasa Bagi Dividen Rp 78 Miliar, Pertama Sejak IPO 2012
PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) akan membagikan dividen untuk tahun buku 2021 sebesar Rp 78,3 miliar. Pembagian dividen ini merupakan yang pertama kalinya sejak ESSA melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2012 lalu.
Pembagian dividen telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang dilaksanakan pada 7 Juni lalu. Nantinya, para pemegang saham akan mendapat dividen sebesar Rp 5 per saham.
"Harga komoditas yang kuat mendukung perolehan kas yang solid dan meningkatkan return kepada pemegang saham, dan untuk pertama kalinya membagikan dividen," kata Presiden Direktur ESSA Vinod Laroya, dalam keterangan resminya, Rabu (8/6).
Vinod mengatakan, perseroan akan terus meningkatkan efisiensi dan terus mengevaluasi peluang pertumbuhan baru. Perseroan juga optimistis dengan masa depan ESSA sebagai perusahaan energi bersih dengan pengembangan teknologi carbon capture, utilization dan storage (CCUS) untuk menghasilkan blue ammonia.
Selain pembagian dividen, RUPST perseroan juga menyetujui perubahan struktur kepengurusan, yaitu pengunduran diri Ida Bagus Made Putra Jandhana sebagai Direktur perseroan.
"Kami berharap dapat melanjutkan kinerja yang kuat bersama dengan susunan direktur lainnya," kata dia.
Sementara itu, hingga kuartal I 2022 perusahaan yang bergerak di bidang energi dan kimia melalui kilang LPG dan pabrik amonia ini berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 25,91 juta atau setara Rp 375,53 miliar atau naik 304,36% dari sebelumnya sebesar US$ 6,40 juta (Rp 87,65 miliar).
Perseroan juga membukukan pertumbuhan pendapatan menjadi US$ 159,03 juta (Rp 2,30 triliun) dari sebelumnya sebesar US$ 68,51 juta (Rp 992,84 miliar). Segmen bisnis amoniak mencatatkan pendapatan sebesar US$ 145,60 juta (Rp 2,10 triliun) atau 92% dari pendapatan perseroan.
Sementara itu, segmen bisnis LPG berkontribusi 8% terhadap pendapatan perseroan dengan menyumbang sebesar US$ 12,53 juta (Rp 181,65 miliar), serta segmen jasa pengolahan berkontribusi sebesar US$ 891,38 ribu atau setara Rp 12,91 milair.
Vinod menjelaskan, kenaikan pendapatan perseroan disebabkan oleh pasar komoditas global yang mengalami kenaikan harga tinggi dikarenakan pemulihan global terus berlanjut. Juga, dengan harga yang tetap tinggi karena terbatasnya pasokan yang disebabkan oleh perang Rusia-Ukraina.
Harga realisasi amoniak berada di US$ 815/MT pada kuartal I 2022, meningkat signifikan sebesar 173% dibandingkan dengan kuartal I 2021. Harga realisasi LPG berada pada US$ 798/MT pada kuartal I 2022 atau 37% lebih tinggi dibandingkan kuartal I 2021.
Di sisi operasional, produksi amoniak tercatat sebesar 186.474 MT dengan tingkat utilisasi pabrik sebesar 115% pada kuartal I 2022. Untuk produksi LPG pada kuartal I 2022 adalah sebesar 15.578 MT dengan ketersediaan pabrik sebesar 99,8%.
“Ke depan, kami tetap berhati-hati dalam pendekatan kami menuju pemulihan ekonomi dan terus fokus pada keunggulan operasional, serta mengendalikan biaya untuk memberikan pertumbuhan yang berkelanjutan," ujar dia.