Profil Arkora Hydro, Calon Emiten Energi Terbarukan yang Segera IPO

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/tom.
Pekerja membersihkan dinding dekat layar pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (28/4/2022).
29/6/2022, 17.48 WIB

PT Arkora Hydro dikabarkan memperoleh suntikan modal dari Grup Astra melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) awal Juli mendatang.

Sebenarnya, bagaimana profil perusahaan yang menawarkan 579,9 juta saham perdana dengan kisaran harga Rp 268 - Rp 310 per saham tersebut?

PT Arkora Hydro bergerak di bidang pembangkitan tenaga listrik melalui sumber energi baru dan terbarukan (EBT). Arkora didirikan di Jakarta pada 5 Agustus 2010 lalu. Perusahaan dibentuk dengan tujuan mempercepat perkembangan energi terbarukan di Indonesia melalui pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang berasal dari aliran sungai langsung, terutama di daerah terpencil dengan permintaan stabil namun memiliki pasokan listrik yang tidak mencukupi.

Kegiatan usaha utama yang dijalani perseroan yakni, pembangkita tenaga listrik yang mencakup usaha memproduksi tenaga listrik melalui pembangkitan tenaga listrik yang menggunakan berbagai jenis sumber energi.

Adapun, hal yang menjadi sumber energi dari kegiatan usaha perseroan terbagi jadi tiga yakni, fosil seperti batu bara, gas, bahan bakar minyak dan diesel. Kemudian, sumber energi terbarukan seperti panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut. Selain itu, sumber energi hybrid yang menggabungkan sumber energi fosil dengan energi terbarukan, dan energi yang berasal dari teknologi energy storage

Namun, kegiatan usaha utama perseroan yang telah benar benar dijalankan saat ini adalah kegiatan pembangkitan tenaga listrik melalui sumber energi baru dan terbarukan yang berasal PLTA.

Selain itu, perseroan juga menjalankan kegiatan usaga penunjang di antaranya, pengoperasian instalasi penyediaan tenaga listrik, pengoperasian instalasi pemanfaatan tenaga listrik, aktivitas penunjang tenaga listrik lainnya, dan aktivitas konsultasi manajemen lainnya.

Saat ini perseroan mengelola PLTA berkapasitas 17,4 MW yang sudah beroperasi dan 10 MW sedang dalam dalam tahap konstruksi. Adapun, proyek-proyek milik perseroan yakni, Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTM) Cikopo yang terletak di Garut, Indonesia - sekitar 220 kilometer dari Jakarta.

Situs ini telah beroperasi sepenuhnya pada Maret 2017 dengan kapasitas produksi sebesar 7,4 MW dan perkiraan output energi tahunan sebesar 52.000 MWh.

Kemudian, PLTM Tomasa yang terletak di kota Poso, Sulawesi Tengah. Pembangunan dimulai pada tahun 2016 dan pembangkit tersebut akan beroperasi secara komersial sesuai rencana pada bulan Oktober 2019. Kapasitas produksi pembangkit tersebut sebesar 10,0 MW dengan perkiraan output energi tahunan sebesar 63.072 MWh.

PLTM Yaentu yang berlokasi di kota Poso, Sulawesi Tengah. Pembangunan PLTM sudah dimulai pada Desember 2020 dan per Febuari 2021, jalan akses untuk proyek sudah selesai. Pembangunan untuk struktur utama seperti weir, waterway dan headtank akan dimulai.

Proyek ini akan beroperasi secara komersial pada awal tahun 2023, dengan kapasitas produksi pembangkit sebesar 10,0 MW dengan perkiraan output energi tahunan sebesar 66.450 MWh.

Terakhir, PLTM Kukusan 2 yang berlokasi di provinsi Lampung. Pembangunan direncanakan akan dimulai pada kuartal dua tahun 2022 dan akan beroperasi secara komersial pada tahun 2024. Kapasitas produksi pembangkit tersebut sebesar 5,4 MW dengan perkiraan output energi tahunan sebesar 35,024 MWh.

Ke depan, perseroan akan tetap mengembangkan portfolio pembangkit listrik air di Indonesia dengan cara organik dan akuisisi. Perseroan menargetkan mempunyai 200 MW dalam pembangkit listrik tenaga air hingga 2025 mendatang.

Melantai di Bursa Awal Juli 2022

Arkora Hydro direncanakan melantai di BEI dengan kode ARKO pada 8 Juli mendatang. Perseroan menawarkan sebanyak 579,90 juta saham baru dengan harga penawaran Rp 268 hingga Rp 310 per saham. Dengan harga penawaran tersebut, perseroan mengincar dana segar antara Rp 165,85 miliar sampai dengan Rp 179,77 miliar.

ARKO akan mengpgunakan dana hasil IPO ini untuk dua keperluan. Pertama, sekitar 63% digunakan untuk tambahan investasi pada anak perusahaan yang akan dimaksimalkan untuk pengembangan proyek-proyek EBT ke depannya, yaitu 54% di PT Arkora Hydro Sulawesi (AHS), 29% di PT Arkora Energi Baru dan 17% di PT Arkora Tenaga Matahari. Kedua, sekitar 37% akan digunakan untuk pelunasan kewajiban jangka pendek.

Masa penawaran awal telah berlangsung sejak 20 Juni hingga 28 Juni 2022 lalu. Sementara itu, masa penawaran umum akan berlangsung pada 4 hingga 6 Juli 2022. Tanggal penjatahan diperkirakan pada 6 Juli dan distribusi saham secara elektronik pada 7 Juli 2022. 

Perseroan menunjuk PT Lotus Andalan Sekuritas dan PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia sebagai penjamin pelaksana emisi efek dalam IPO ini.

Direktur Utama ARKO, Aldo Artoko mengatakan bahwa, bisnis EBT masih memiliki potensi besar di Indonesia, bahkan dalam teknologi yang sudah matang seperti hidro, surya dan angin. Kehadiran hydro sudah kompetitif dengan pembangkit listrik berbahan bakar batu bara.

Bermodalkan pengalaman di bidang EBT, Arkora Hydro berencana mencari peluang akusisi. Tidak hanya itu, perseroan juga aktif mencari proyek hidro berpotensi besar di atas 25 MW.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi