PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk mulai membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 37,43 miliar pada semester I 2022. Kinerja emiten berkode saham PJAA ini membaik dari kondisi rugi bersih Rp 94,86 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan, perseroan mencatat pendapatan usaha sebesar Rp 413,72 miliar atau naik 96,19% dari periode sebelumnya, yakni Rp 210,87 miliar.
Dari segmen pendapatan tiket, perseroan mencatat omzet sebesar Rp 281,29 miliar atau naik 150,09% dari periode sebelumnya Rp 112,47 miliar. Selain itu, untuk pendapatan hotel dan restoran, perseroan mencatat pendapayan Rp 35,50 miliar dari periode sebelumnya Rp 21,51 miliar
Selain itu perseroan juga membukukan total aset yakni Rp 3,98 triliun atau aset lancar dan tidak lancar perseroan.Total aset lancar perseroan turun menjadi tumbuh 9,92% dari sebelumnya sebesar Rp 4,42 triliun. Dari total aset tersebut, terdapat sebesar Rp 541,22 miliar dari Rp 953,80 miliar. Lalu, aset tidak lancar sebesar Rp 3,44 triliun.
Selanjutnya, perseroan mencatat liabilitas sebesar Rp 2,45 triliun atau turun 16,24% dari sebelumnya Rp 2,93 triliun. Sedangkan ekuitas menjadi Rp 1,52 triliun atau turun 2,46% dari sebelumnya sebesar Rp 1,49 triliun.
Sebelumnya, saat mobilitas masyarakat belum meningkat akibat pandemi dan aturan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Ancol mencatatkan rugi bersih pada kuartal I 2021 sebesar Rp 57,08 miliar. Kerugian tersebut membengkak lima kali lipat dari periode sama tahun lalu dengan rugi bersih Rp 10,37 miliar.
Ancol mencatatkan peningkatan kerugian karena pendapatan usaha perusahaan yang menurun 59,1% menjadi hanya Rp 89,48 miliar saja pada triwulan I-2021, dibanding raihan triwulan I tahun lalu Rp 218,82 miliar.
Penurunan pendapatan tersebut dialami oleh semua lini bisnis Ancol. Mulai dari pendapatan tiket di wahana wisata, pendapatan hotel dan restoran, dan pendapatan dari usaha lainnya, seperti penyewaan kios, sponsor, dan pengelolaan perumahan
Pada sektor bisnis penjualan tiket, baik wahana wisata maupun pintu gerbang totalnya hanya Rp 49,07 miliar. Artinya mengalami penurunan signifikan hingga 67,37% dari periode sama tahun lalu senilai Rp 150,41 miliar.
Dari segmen bisnis hotel dan restoran, nilai totalnya hanya Rp 9,87 miliar atau turun 43,66% dari Rp 17,52 miliar. Sementara usaha lain-lain seperti penyewaan kios, lahan, dan gedung, juga totalnya hanya Rp 31,48 miliar atau mengalami penurunan hingga 38,57% dari Rp 51,24 miliar.
Pendapatan yang anjlok membuat total beban pokok pendapatan dan beban langsung tercatat senilai Rp 67,9 miliar pada tiga bulan pertama tahun ini. Beban yang menggerus profitabilitas tersebut mengalami penurunan hingga 51,77% dibandingkan periode sama tahun lalu senilai Rp 140,8 miliar.
Manajemen Ancol mengatakan, pandemi Covid-19 sejak 2020 telah menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik serta berpengaruh signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha Ancol.