Harga saham PT Astrindo Nusantara Infrastruktur Tbk (BIPI) merosot hingga 5,71% atau 12 poin ke level Rp 198 pada penutupan sesi I hari ini, Rabu (3/8), dari level harga penutupan perdagangan saham kemarin Rp 210.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), volume transaksi tercatat mencapai 1,01 miliar dengan nilai perdagangan Rp 200,76 miliar dan frekuensi sebanyak 11.582 kali. Adapun, kapitalisasi pasar tercatat berada di level Rp 11,47 triliun.
Penurunan harga saham terjadi tak berselang lama setelah perusahaan menjalankan aksi korporasi, yakni mengakuisisi perusahaan energi internasional, PTT Mining Ltd Hong Kong (PTTML). Nilai investasi pengambilalihan perusahaan mencapai US$ 471 juta (Rp 14.906/US$) atau sekitar Rp 7 triliun.
Dalam hal ini, Astrindo menandatangani perjanjian jual beli saham atau share purchase agreement dengan entitas usaha tidak langsungnya, PT Sintesa Bara Gemilang dan induk usaha PTTML, yakni PTT International Holdings Limited.
"Aksi akuisisi tersebut akan berdampak pada kinerja keuangan 2022 yang berpotensi menunjukkan peningkatan seiring dengan kenaikan harga batu bara," ujar Sekretaris Perusahaan Astrindo, Kurniawati Budiman dalam keterangan tertulis, dikutip Rabu (3/8).
Sebagai informasi, PTTML merupakan entitas anak PTT International Holdings Limited, entitas anak yang sepenuhnya dimiliki oleh PTT, perusahaan energi Thailand yang terintegrasi penuh. Perusahaan mengoperasikan bisnis yang terdiri dari, gas alam, transmisi gas, perdagangan internasional, bisnis baru, dan bisnis infrastruktur.
PTTML juga memiliki beberapa konsesi tambang batu bara, antara lain di Brunei Darussalam, Madagaskar, dan tiga tambang batu bara di Kalimantan, Indonesia.
Di sisi lain, PT Sintesa Bara Gemilang merupakan entitas anak perusahaan dengan kepemilikan saham tidak langsung, melalui PT Astrindo Mahakarya Indonesia. Seluruh investasinya akan menjadi 100% total saham yang diterbitkan di PTTML kepada Astrindo.