Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memperkirakan, laba BUMN secara konsolidasi pada tahun 2022 akan meningkat. Kenaikan laba bersih ini sebagai hasil dari berbagai terobosan bisnis yang dilakukan perusahaan pelat merah, termasuk dalam hal digitalisasi.
Sebagai contoh, terobosan digitalisasi dilakukan sejumlah perusahaan BUMN seperti ASDP Indonesia dengan Ferizy, dengan sistem pemesanan tiket secara daring, nyatanya mampu mendongkrak pergerakan penyeberangan dari Pulau Jawa ke Sumatera hingga 40 persen.
Bahkan, saat masa mudik lalu tingkat pertumbuhan penyeberangan armada truk tumbuh hingga 144 persen. Hal ini juga akan turut berimplikasi pada perolehan laba seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Erick menuturkan, hasil dari transformasi itu, jika pada tahun 2020 laba konsolidasi BUMN mencapai Rp 13 triliun, maka pada 2021 laba BUMN secara konsolidasi meningkat menjadi sebesar Rp 136 triliun. Sedangkan untuk tahun ini, Erick menargetkan laba konsolidasi sebesar Rp 144 triliun.
"Insya Allah 2022 saya sudah liat bukunya, mudah-mudahan naik ke Rp 144 triliun," kata Erick di acara seminar bertajuk "Menuju Masyarakat Cashless" di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta, Rabu (3/8/2022).
Dalam kesempatan tersebut, Erick juga menyebut, perusahaan pelat merah lainnya untuk mengambil peluang dengan membangun ekosistem digital. Pasalnya, potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar, nilainya diprediksi mencapai Rp 4.500 triliun pada 2030 atau tumbuh delapan kali lipat dari APBN.
"Sejak awal kita bangun ekosistem yang mana digital menjadi kunci bagi kita untuk bisa bersaing. Jangan BUMN jadi dinosaurus yang mati dimakan zaman karena besar badan, tapi tidak mau bermetamorfosis," ujar dia.
Sebelumnya, Erick mengatakan dalam tiga tahun terakhir perusahaan pelat merah telah menyetor uang ke negara senilai Rp 1.200 triilun. Setoran itu meningkat Rp 50 triliun dari tahun sebelumnya secara kumulatif. Dia mengatakan, setoran itu berasal dari pajak, dividen, serta bagi hasil.
Hal ini disampaikan Erick saat meminta persetujuan Komisi VI DPR mengenai usulan atas 10 BUMN yang akan menerima Penyertaan Modal Negara (PMN) untuk tahun 2023 beserta aksi korporasi yang akan dilakukan.
"Tiga tahun terakhir, alhamdulillah kalau dilihat dari data-datanya, kontribusi yang sudah diberikan kepada BUMN kepada negara kurang lebih Rp 1.200 triliun yang terdiri atas pajak, dividen, dan bagi hasil," kata Erick di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/7).
Erick menyampaikan, bila dilihat dalam satu dekade terakhir, BUMN telah berkontribusi ke negara senilai Rp 4.013 triliun yang berasal dari Rp 2.118 triliun pajak, Rp 1.466 triliun dalam bentuk PNBP dan Rp 429 triliun dari dividen.
Angka tersebut jauh lebih besar dari penyertaan modal negara (PMN) yang diberikan kepada BUMN yang tercatat sebesar Rp 269 triliun atau hanya sebesar 6 persen dari total kontribusi BUMN yang berupa dividen, pajak, dan PNBP periode 2012 sampai dengan 2022.
Erick juga ingin kontribusi BUMN lewat dividen dapat terus meningkat setiap tahunnya. Erick ingin dividen yang diberikan negara dapat seimbang dengan PMN yang diberikan negara kepada BUMN.
"Nanti insya Allah di 2023 bisa naik ke Rp 43 triliun, dan bahkan di 2024 targetnya kurang lebih Rp 50 triliun. Jadi antara PMN dan dividen itu bisa berimbang 0-0 atau 50:50 dari totalnya," lanjut Erick.