Citibank N.A Indonesia (Citi Indonesia), mengantongi perolehan laba bersih senilai Rp 750 miliar pada periode semester pertama tahun ini. Laba bersih itu tercatat mengalami kenaikan sebesar 63% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Selama periode enam bulan pertama tahun ini, Citi menyalurkan kredit sebesar Rp 43,7 triliun, meningkat sebesar 9,8% secara tahunan. Kontribusi kredit tersebut utamanya disokong dari sektor manufaktur dan perantara keuangan.
Sedangkan, di kredit institusional grup dari lini banking, capital markets and advisory (BCMA) serta komesial tercatat tumbuh sebesar 13% secara tahunan menjadi Rp 4,1 triliun.
CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengatakan, kinerja perusahaan di semester pertama tahun ini menunjukkan peningkatan kendati menghadapi tantangan gejolak di pasar keuangan global. Di sisi lain, lebih rendahnya biaya cadangan penurunan nilai di lini kredit korporasi turut mengerek laba perusahaan.
"Laba bersih di paruh pertama 2022 meningkat, sementara momentum bisnis dan kualitas aset membaik," kata Batara, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (11/8).
Batara meyakini, pada semester kedua, seiring dengan membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua di angka 5,44% akan mendorong pertumbuhan kredit, terutama dari penyaluran kredit yang berbasis klien perusahaan.
"Pendorong (pertumbuhan kredit) di semester kedua bukan hanya konsumsi dan ekspor, tapi investasi. Dengan tambahan itu, pertumbuhan kredit bertambah lagi dibanding semester pertama 2022," tutur Batara.
Pada semester pertama tahun ini, perusahaan mencatatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 11,1%. Sehingga, rasio pinjaman terhadap simpanan (loan to deposit ratio) Citi berada di level 64% dengan rasio kecukupan modal atau capital adequacy rato/CAR) di level 26%.
Sedangkan, dari sisi rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL), tercatat mengalami penurunan dari 3,61% menjadi 2,86%.