Erick Thohir: Persetujuan Right Issue Lima BUMN untuk Penguatan Modal

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/aww.
Menteri BUMN Erick Thohir menjelaskan alasan di balik persetujuan penambahan modal lima BUMN melalui skema right issue.
19/8/2022, 10.25 WIB

Menteri Badan Milik Usaha Negara (BUMN) Erick Thohir menjelaskan alasan di balik rencana penambahan modal lima perusahaan pelat merah, di antaranya Bank Tabungan Negara (BBTN), Krakatau Steel (KRAS), Waskita Karya (WSKT), Garuda Indonesia (GIAA, dan Adhi Karya (ADHI).

Adapun penambahan modal dilakukan dengan mekanisme hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue. Erick mengatakan bahwa aksi korporasi kelima BUMN tersebut bertujuan untuk menjaga permodalan.

Selain itu, dia menegaskan bahwa penambahan modal ditujukan bagi BUMN dengan industri yang memiliki potensi yang baik nantinya. Oleh karena itu restu untuk melakukan right issue tak sembarangan diberikan kepada BUMN.

“Jangan dibilang utang lagi, yang namanya aksi korporasi kan macam-macam, apakah menambah modal dari peran pemerintah, penambahan modal dari aksi korporasi pasar, kemitraan strategis, dan lain-lain,“ kata Erick dalam paparan publik, dikutip Jumat (19/8).

Lalu Erick juga memaparkan beberapa contoh BUMN yang memiliki potensi yang mempunyai manfaat yang luas. Seperti BTN yang saat ini fokus menyediakan hunian kepada masyarakat khususnya generasi muda. Kedepannya, dia ingin anak muda dapat membeli rumah di tengah kondisi mahalnya harga rumah saat ini.

“Mesti ada solusi dong, masa yang kaya-kaya aja dapet rumah, generasi baru kita tidak bisa beli rumah. Makanya kita punya program yang namanya Rumah Milenial di mana kerja sama BTN dan KAI,“ katanya.

Dia menerangkan bahwa saat ini pihak terkait telah melaksanakan empat proyek. Namun, kebutuhan atau permintaan masyarakat untuk memiliki rumah sangat besar. Oleh karena itu, harus ada permodalan yang kuat untuk memenuhi permintaan tersebut.

Selain BTN, Krakatau Steel juga memerlukan penambahan modal. Menurut Erick sektor baja dalam negeri juga mengalami tantangan akibat adanya impor baja ilegal.

“Ini kan akhirnya tidak baik untuk membangun industri kita, itu kenapa kita di Krakatau Steel kita restrukturisasi, yang delapan tahun berturut turut rugi sekarang sudah untung Rp 800 miliar," katanya.

Erick menyampaikan Krakatau Steel turut menggandeng Posco dalam memperbaiki industri baja nasional. Nantinya, Posco fokus pada pembuatan lempengan mobil untuk kendaraan baterai listrik. Dia memaparkan proyek tersebut bernilai 3,2 miliar dolar AS atau Rp 50 triliun lebih. Oleh karena itu, Krakatau Steel memerlukan modal yang kuat.

Sebagai informasi, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), sampai dengan 1 Agustus 2022, terdapat 45 perusahaan yang berada dalam pipeline right issue.

Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia, mengatakan total dana yang diperkirakan akan diperoleh melalui right issue sebesar Rp 36,9 triliun

Katadata.co.id mencatat, setidaknya ada beberapa perusahaan yang pada tahun ini berencana melakukan penambahan modal dengan skema right issue, seperti Waskita Karya (WSKT) senilai Rp 3 triliun, Adhi Karya (ADHI) juga akan melakukan right issue senilai Rp 1,9 triliun.

Lalu, Bank Tabungan Negara (BBTN) akan menerbitkan saham baru melalui HMETD senilai Rp 2,98 triliun sesuai dengan persetujuan PMN tahun ini. Garuda Indonesia (GIAA) akan memperoleh PMN senilai Rp 7,5 triliun yang bersumber dari cadangan pembiayaan investasi APBN.

Nyoman menilai, dari jumlah perusahaan tercatat yang berada dalam pipeline tersebut mencerminkan adanya kepercayaan untuk memanfaatkan pasar modal Indonesia sebagai salah satu alternatif sumber pendanaan.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail