Protelindo Raih Pinjaman Rp 1,5 Triliun dari Bank Mizuho Indonesia

ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.
Seorang teknisi melakukan pemeliharaan perangkat BTS (Base Transceiver Station).
Penulis: Lavinda
30/8/2022, 13.48 WIB

PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) bidang menara telekomunikasi, memperoleh pinjaman dana dari PT Bank Mizuho Indonesia senilai Rp 1,5 triliun.

Penandatanganan perjanjian fasilitas kredit No. 880/CFA/MZH/0822 dilakukan pada 29 Agustus 2022. Dalam hal ini, Protelinfo sebagai debitur, yakni perusahaan terkonsolidasi yang seluruh sahamnya dimiliki secara langsung dan tidak langsung oleh Sarana Menara. Sementara itu, Bank Mizuho Indonesia bertindak sebagai kreditur.

"Tujuan pinjaman untuk pembiayaan belanja modal dan pembiayaan kembali utang yang telah ada," ujar Sekretaris Perusahaan Sarana Menara Nusantara Monalisa Irawan dalam keterangan tertulis, Selasa (30/8).

Adapun, pinjaman perbankan tersebut memiliki tenor 5 tahun dan jatuh tempo pada 19 Agustus 2027. Fakta material yang diungkapkan tidak memiliki dampak material terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan, atau kelangsungan perusahaan.

Sebelumnya, Sarana Menara dikabarkan berencana menjual 15%-20% saham Protelindo. Berdasarkan sumber yang dikutip Bloomberg, entitas usaha Grup Djarum ini mengincar dana mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 14,7 triliun dari penjualan saham perusahaan menara telekomunikasi tersebut.

Sarana Menara Nusantara memiliki 99,99% dari Protelindo, sementara Santoso memiliki 0,01% saham, menurut laporan tahunan terbaru perusahaan menara, unit Grup Djarum memiliki 54,4% saham Sarana Menara Nusantara.

Protelindo diketahui membeli 94% saham di perusahaan saingannya, PT Solusi Tunas Pratama Tbk pada Oktober dengan harga sekitar US$1,2 miliar.

Saat ini, Protelindo bekerja sama dengan penasihat keuangan dalam proses penjualan saham. Adapun, potensi penjualan menargetkan dana pensiun dan infrastruktur.

Manajemen Sarana Menara Nusantara sedang melakukan perundingan terkait penjualan saham Protelindo. Namun, dalam perkembangannya, TOWR berhak memutuskan untuk tidak melanjutkan kesepakatan yang berlangsung.

Perusahaan selalu mencari pendanaan melalui dua cara, yakni menarik utang dan ekuitas.

Presiden Direktur Protelindo Ferdinandus Aming Santoso mengatakan, kedua jenis pembiayaan tersebut sedang dibahas.

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi lonjakan kesepakatan infrastruktur telekomunikasi. Hal ini terjadi karena pandemi Covid-19 mempercepat tren digitalisasi.

Pemilik Protelindo akan bergabung dengan Globe Telecom Inc. di Filipina, yang mempertimbangkan penjualan sekitar separuh dari portofolio menaranya dalam kesepakatan yang dapat bernilai hingga US$ 1,5 miliar. Di sisi lain, pemegang saham Supernap Thailand bekerja dengan penasihat keuangan untuk membantu menemukan investor minoritas.

Berdasarkan laman perusahaan, Protelindo merupakan operator menara independen terbesar untuk perusahaan komunikasi nirkabel di Indonesia yang berdiri pada 2003. Perusahaan memiliki dan mengoperasikan sekitar 29.011 lokasi menara telekomunikasi dengan lebih dari 54.580 penyewa di Indonesia, terutama di Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi.