Prospek Saham Emiten Restoran di Tengah Kenaikan Harga BBM

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
Pekerja mengambil gambar pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan ponselnya di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (11/5/2020).
Penulis: Lavinda
6/9/2022, 17.49 WIB

Kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dinilai akan menyebabkan peningkatan inflasi dan membuat harga bahan baku ikut melonjak. Pada akhirnya, pembengkakan beban operasional akan mengakibatkan EBITDA margin emiten sektor restoran tergerus.

Namun, salah satu katalis positif emiten restoran yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah memiliki pangsa pasar kelas menengah ke atas. Hal ini disinyalir akan membuat perusahaan-perusahaan tersebut lebih tahan terhadap tekanan inflasi.

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengatakan, berdasarkan data historis, pada 2013 lalu, harga bensin premium naik menjadi Rp 6.500 per liter atau sekitar 44,4%, dan solar naik menjadi Rp 5.500 per liter atau mencapai 51,1%. Kenaikan BBM tersebut menyebabkan inflasi merangkak naik mencapai level 8,38% pada akhir 2013.

"Jika dibandingkan dengan saat ini, yaitu masih terjadi supply disruption (disrupsi pasokan) membuat harga komoditas meningkat, ditambah kenaikan harga BBM, sehingga berpotensi membuat inflasi di atas level 6%," kata Ratih dalam laporan risetnya, Selasa (6/9).

Beberapa emiten restoran seperti PT Champ Resto Indonesia Tbk (ENAK), PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA), PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), PT MAP Boga Adiperkasa Tbk (MAPB), PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) memang menyasar kelas menengah ke atas.

Berdasarkan historis, penjualan FAST pada 2013 lalu malah meningkat 11.27% secara tahunan, meski di tengah tingginya inflasi.

Ratih memperkirakan, pergerakan sebagian besar saham emiten sektor restoran saat ini masih dalam tren sideways, baik secara jangka pendek maupun jangka menengah.

"Untuk saat ini, kami menyarankan para pelaku pasar dapat melakukan dua aksi, yaitu entry secara bertahap pada saham ENAK, FAST, dan ERAA karena ketiga saham tersebut dalam level support dan menarik dicermati dengan strategi Buy on Weakness," ujarnya.

Aksi selanjutnya yang dapat diperhatikan adalah Wait and See, sambil menunggu momentum yang tepat dan katalis pendukung lainnya di pasar saat ini, seperti inovasi dan strategi bisnis lanjutan dari manajemen saham-saham restoran tersebut.

Ke depan, para pelaku pasar disarankan memperhatikan data-data yang akan rilis seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mengukur optimisme dan daya beli konsumen, kebijakan pelonggaran pembatasan aktivitas atau PPKM, serta mencermati strategi bisnis digitalisasi emiten restoran yang diprediksi akan terus meningkat yang akan datang.

Tiga hal ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan pada kuartal ketiga dan keempat 2022, sehingga akan berdampak dalam pergerakan harga di pasar saham.