PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditures (capex) sebesar Rp 150 miliar sampai dengan Rp 180 miliar. Manajemen AKRA menyampaikan, alokasi capex di tahun ini lebih moderat.
Direktur & Corporate Secretary AKR Corporindo Suresh Vembu, mengatakan belanja modal tersebut memang lebih kecil bila dibanding periode tahun 2016 sampai dengan 2020 lalu mengingat perseroan telah membangun banyak proyek sebelumnya.
“Kita membangun banyak proyek-proyek untuk distribusi termasuk terminal, dan juga investasi JIIPE hampir Rp 9 triliun,” katanya dalam acara public expose yang diselenggarakan BEI, Senin (12/9).
Selain itu, dia mengatakan, saat ini perseroan memiliki kas yang besar dibandingkan utang di bank. Perseroan, katanya saat ini tidak memiliki rencana untuk menarik dana dari kredit sindikasi perbankan apapun. “Kalau ada proyek apapun ke depan kita lihat proyek ke depannya gimana,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Presiden Direktur AKR Corporindo Haryanto Adikoesoemo, menyampaikan perseroan mendapatkan kepercayaan untuk kembali mendistribusikan Bahan Bakar Minyak (BBM) Solar subsidi. Pemerintah memberikan penugasan kepada perseroan selama periode tahun 2022 sampai 2027.
Adapun, sebelumnya AKR Corporindo menjadi Badan Usaha Pelaksanaan Penugasan Penyediaan dan Pendistribusian Jenis BBM Tertentu di tahun 2018 lalu. Penetapan kepada AKRA tersebut dilakukan oleh BPH Migas. Namun, perseroan perpanjang kerja sama dengan BPH Migas untuk distribusi bahan bakar minyak.
“Infrastruktur logistik AKR dan efisiensi menjadikan faktor yang kritikal dalam pendistribusian BBM,” katanya. Lanjut, dia mengatakan inovasi teknologi dan infrastruktur merupakan aset yang unggul untuk bersaing.
Adapun di semester I 2022 AKRA mencatat pendapatan senilai Rp 22,10 triliun di semester pertama 2022 atau naik 106,50% secara tahunan. Lalu, perseroan mengantongi laba bersih Rp 955,61 miliar atau naik 73,59%. Selain itu, perseroan juga menyampaikan kinerja pada segmen BBM lebih dari 120% atau meraih Rp 16,9 triliun.
Sebab pencapaian tersebut, perseroan berencana untuk menambah jaringan SPBU di Indonesia. Lalu, disebutkan dalam paparan bahwa mayoritas dari sisi konsumen BBM yakni berasal dari pertambangan sebesar 53%. Kemudian untuk industri umum sebeesar 28%, retail 8%, dan perkebungan 6%.