Astra Buka Peluang Beli Lagi Saham Hermina, Integrasi dengan Halodoc

Muhammad Zaenuddin|Katadata
Mobil listrik Ayla EV pada Pameran otomotif GAIKINDO Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 di Indonesia Convention Centre (ICE) BSD City, Tangerang, Kamis (11/8). PT Astra Daihatsu Motor (ADM) berhasil meramaikan pameran GIIAS 2022 dengan memamerkan Ayla yang sudah dikonversi menjadi mobil listrik.\\
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
22/9/2022, 14.25 WIB

PT Astra International Tbk (ASII) membuka peluang untuk menambah kepemilikan saham di emiten sektor kesehatan, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL). Selanjutnya, perusahaan akan mengkolaborasikan HEAL dengan perusahaan rintisan (startup) aplikasi kesehatan, Halodoc.

Sebelumnya, Astra telah menguasai 6,5% atau 970,5 juta saham perusahaan pengelola rumah sakit Hermina tersebut.

Direktur Astra International, Gidion Hasan mengatakan pihaknya berharap investasi Astra di Hermina akan memberi nilai tambah bagi kedua perusahaan dan para pemangku kepentingan. 

"Jika kami merasa Astra bisa memberikan nilai tambah dan Hermina bisa memberikan sinergi, ditambah investasi kami di Hermina bisa memberi nilai tambah ke stakeholder (pemangku kepentingan), kalau ada peluang akan menambah kepemilikan di Hermina," kata Gidion dalam Paparan Publik Astra International, Kamis (22/9).

Awal April lalu, Astra International membeli 30 juta saham HEAL dengan nilai investasi Rp 45 miliar. Perseroan membeli saham HEAL melalui aksi penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (THMETD) atau private placement yang dilaksanakan oleh HEAL.

Astra International merambah bisnis kesehatan agar lini yang dimiliki semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat luas. Sektor kesehatan dianggap menarik bukan hanya dari sisi komersial saja, tetapi juga memberikan perseroan kesempatan untuk berkontribusi aktif dalam meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat.

Belanja Modal  Semester I Capai Rp 7,6 Triliun

Pada semester Pada menggelontorkan Rp 7,6 triliun belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk semester pertama di tahun 2022. Jumlah ini hanya sekitar 30% dari Rp 25 triliun hingga Rp 26 triliun capex yang disiapkan perusahaan untuk keseluruhan tahun 2022.

Direktur Utama Astra International, Djony Bunarto Tjondro mengatakan, sebagian kecil belanja modal digunakan untuk mengakuisisi saham minoritas Hermina.

Kemudian, sebagian besar belanja modal dialokasikan untuk divisi alat berat dan pertambangan, mengingat, saat ini harga komoditas yang sedang sangat tinggi.

“Kalau dilihat per sektor, semua bisnis menunjukkan satu pertumbuhan yang sesuai dengan ekspektasi kami. Tapi memang dikarenakan harga komoditas yang naik saat tinggi dari divisi bisnis alat berat dan pertambangan, ini sangat menonjol,” kata Djony.

Djony juga mengatakan, sektor pertambangan dan alat berat berkontribusi 42% dari kurang lebih hampir Rp 144 triliun total keseluruhan pendapatan Astra. 

Sementara itu, untuk beberapa lini bisnis Astra lainnya, dinilai belum dapat satu dampak yang sangat signifkan terhadap perusahaan. Kendati demikian bisnis-bisnis tersebut masih sesuai dengan proyeksi Astra sejak awal investasi.

“Sekarang kami punya tujuh lini bisnis  dan tentunya sangat penting bagi kami untuk terus memperkuat ekosistem pada bisnis Astra," lanjut Djony.

Dia menambahkan, perusahaan berfokus di beberapa sektor dan subsektor yang menjadi prioritas seperti, lini bisnis layanan kesehatan yang memiliki prospek cukup baik. Kemudian, sektor mobilitas dan logistik, serta sektor keuangan.

Reporter: Zahwa Madjid