Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO) PT Pertamina Geothermal Energy atau PGE saat ini sedang dalam proses. Regulator menyampaikan, aksi korporasi itu kemungkinan dilaksanakan di penghujung tahun ini atau selambatnya di 2023.
“Untuk IPO PGE masih dalam proses, mudah-mudahan bisa tahun ini atau paling lambat tahun depan,” kata Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Inarno Djajadi dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (14/10).
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia memastikan entitas Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masuk dalam daftar pipeline calon perusahaan yang akan melantai di pasar modal tahun ini. Otoritas bursa mencatat, sampai dengan 27 September 2022 terdapat sebanyak 35 perusahaan yang berada dalam pipeline pencatatan saham.
"Dari 35 calon perusahaan tercatat dalam pipeline pencatatan saham, terdapat perusahaan afiliasi BUMN," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna kepada media.
Sebagaimana dikabarkan sebelumnya, perusahaan negara yang disiapkan Kementerian BUMN untuk menjadi perusahaan terbuka adalah anak usaha dari PT Pertamina (Persero), yakni Pertamina Geothermal Energy (PGE).
Selain PGE, Kementerian BUMN sebelumnya memang menyebut beberapa nama BUMN yang akan disiapkan untuk IPO, yakni PT Pupuk Kaltim, PT Inalum Operating, PT ASDP Indonesia Ferry, hingga Palm Co.
Hanya saja, mengenai nama-nama perusahaan yang berada dalam pipeline IPO tersebut. "Nanti apabila sudah waktunya akan disampaikan," kata Nyoman.
Sebelumnya, Wakil Menteri BUMN, Pahala Nugraha Mansury mengatakan Kementerian akan mengajukan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) Pertamina Geothermal Energy (PGE) di tahun ini.
Adapun, IPO dimaksudkan untuk meningkatkan transparansi kinerja sekaligus meraup dana tambahan dari investor pasar modal. IPO tersebut bertujuan untuk mengamankan sekitar US$ 400-500 juta atau Rp 56,12 triliun sampai dengan Rp 7,65 triliun (kurs Rp 14.300 per dolar AS). IPO PGE penting karena Indonesia membutuhkan dana yang besar untuk mengembangkan energi baru terbarukan (EBT).