Emiten menara telekomunikasi, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel membukukan laba bersih senilai Rp 1,22 triliun pada sembilan bulan pertama tahun ini. Perolehan laba tersebut mengalami kenaikan 18,1% dari periode yang sama di tahun sebelumnya.

Sampai dengan September 2022, anak usaha dari Grup Telkom ini tercatat membukukan pendapatan sebesar 11,5% secara tahunan menjadi Rp 5,6 triliun dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 5,02 triliun.

Secara rinci, pendapatan anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk. itu berasal dari sewa menara dari tiga operator telekomunikasi. Pertama, dari PT Telekomunkasi Seluler (Telkomsel) tercatat memberi andil senilai Rp 3,07 triliun, meningkat dari tahun sebelumnya Rp 2,64 triliun. Kemudian, PT Indosat Tbk memberi andil terhadap pendapatan senilai Rp 1,09 triliun, juga naik dari Rp 546,28 miliar pada September 2021.

Sedangkan, pendapatan sewa menara dari PT XL Axiata Tbk., meningkat menjadi Rp 585,22 miliar dari sebelumnya Rp 509,61 miliar. Sejalan dengan naiknya pendapatan, perolehan EBITDA Mitratel juga mengalami kenaikan sebesar 15,7% menjadi Rp 4,4 triliun.

Seiring dengan meningkatnya pendapatan, beban pokok Mitratel juga naik dari sebelumnya Rp 2,58 triliun menjadi Rp 3 triliun. Sehingga, perusahaan mengantongi laba kotor Rp 2,60 triliun, naik dari periode yang sama tahun lalu Rp 2,44 triliun.

Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko, menyatakan pertumbuhan bisnis perusahaan di periode kuartal pertama sampai dengan kuartal III 2022  tercatat terus tumbuh lebih besar dari pertumbuhan industri dengan menorehkan rata-rata pendapatan selama 5 tahun atau Compound Annual Growth Rate 2017-2021 (CAGR) sebesar 14%.

“Hal inilah yang menjadikan profitabilitas Mitratel naik lebih signifikan dibandingkan tahun lalu. Ke depan kami meyakini EBITDA semakin meningkat seiring besarnya peluang pertumbuhan kolokasi di menara Mitratel, terutama di luar Jawa,” ungkap Theodorus, dalam siaran pers, Senin (31/10).

Teddy menjelaskan, margin EBITDA dan margin laba bersih pada kuartal III perseroan tahun ini meningkat masing-masing menjadi 78,5% dan 21,9%. Kontributor utama dari peningkatan laba ini adalah margin EBITDA dari portofolio penyewaan menara yang meningkat 85,1% dan margin laba bersihnya meningkat 23,4%. Adapun, pendapatan dari sewa menara di periode Januari-September 2022 melesat 12,9% menjadi Rp5,07 triliun.

“Mitratel memastikan kinerja bisnis penyewaan menara perseroan kompetitif dibandingkan industri. Selain itu, Mitratel terus meningkatkan profitabilitas di bisnis lainnya,” lanjut Teddy.

Total aset perusahaan juga tercatat meningkat 37% menjadi Rp54,9 triliun dan ekuitas juga meningkat 124% menjadi Rp33,2 triliun. Adapun liabilitas MTEL pada September 2022 berhasil turun 14,1% menjadi Rp21,7 triliun.

Dari sisi kinerja operasional, Teddy menjelaskan pada kuartal III ini perusahaan  telah mengakuisisi 6.000 tower milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel). Aksi korporasi ini telah menjadikan Mitratel sebagai perusahaan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara dengan kepemilikan 35.051 tower 50.390 tenant. Aksi inorganik yang agresif dibarengi dengan perkembangan organik membuat Mitratel mengalami pertumbuhan tower dan tenant terbesar di Indonesia.

Teddy menjelaskan, penambahan jumlah tower ini menjadi modal kuat bagi perusahaan untuk melakukan ekspansi dan mendukung akselerasi implementasi jaringan 5G di Indonesia “Untuk bisnis jaringan fiber optik, kami menargetkan dapat menyelesaikan pembangunan jaringan sepanjang 9.000 kilometer hingga akhir tahun 2022,“ tutur Teddy.