Laba Bersih Saratoga Milik Sandiaga Merosot 49% Jadi Rp 7 Triliun

ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.
Karyawan melintas di samping layar elektronik yang menunjukkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (9/9/2022).
Penulis: Zahwa Madjid
Editor: Lavinda
31/10/2022, 19.53 WIB

Perusahaan investasi milik Sandiaga Uno, PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) mencatatkan laba bersih Rp 7,14 triliun pada kuartal ketiga 2022, merosot 49,25% dari capaian laba bersih periode yang sama tahun lalu Rp 14,07 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, penurunan laba bersih Saratoga disebabkan oleh keuntungan bersih atas investasi pada saham dan ekuitas lainnya yang menyusut hampir separuhnya, dari Rp 13,82 triliun menjadi Rp 7,58 triliun.

Di sisi lain, pendapatan dividen perusahaan naik 58% menjadi Rp 1,38 triliun sampai akhir kuartal ketiga tahun ini, dari periode yang sama tahun lalu, Rp 877 miliar.

Dividen tersebut terutama berasal dari pendapatan dividen PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG).

Presiden Direktur Saratoga, Michael William P. Soeryadjaya mengatakan, pihaknya optimistis perekonomian Indonesia tetap mampu menghadirkan peluang-peluang investasi dengan potensi pertumbuhan yang tinggi dalam jangka panjang.

"Dengan pengalaman dan kemampuan sumber daya yang dimiliki, Saratoga akan mengambil inisiatif untuk melanjutkan investasinya di sektor-sektor strategis, seperti infrastruktur digital, pelayanan kesehatan, energi terbarukan dan konsumer,” ujar Michael William melalui keterangan resmi, Senin (31/10).

Adapun, nilai aktiva bersih atau net asset value (NAV) pada kuartal ketiga tahun ini tercatat sebesar Rp 64,9 triliun, atau meningkat 42% dibanding periode yang sama tahun lalu, yakni Rp 45,8 triliun.

Menurut dia, pertumbuhan NAV Saratoga yang terjadi di tengah tingginya tingkat volatilitas global, menunjukkan strategi investasi yang dilakukan perseroan sudah berjalan baik. 

“Peningkatan perolehan dividen dan kenaikan nilai portofolio investasi menjadi katalis utama menguatnya fundamental Saratoga hingga akhir September 2022," ujar Michael. 

Dia menambahkan, pihaknya berusaha menjaga momentum pertumbuhan dan mengoptimalkan kinerja setiap portofolio investasi agar dapat tumbuh positif, sehingga ikut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. 

Dari sisi liabilitas, utang perseroan berkurang sekitar 29% menjadi Rp 1,7 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, yakni kuartal ketiga, utang perusahaan mencapai Rp 2,4 triliun.

Mengutip keterangan resminya,  pengurangan utang tersebut  merupakan bagian dari upaya perseroan untuk menjaga efisiensi operasional. Dengan demikian, rasio utang dan biaya dapat berada pada level yang sehat.

Hingga kuartal ketiga 2022, perseroan mencatat rasio biaya operasional tahunan terhadap nilai aktiva bersih atau annualized operating costs-to-NAV ratio sebesar 0,3% serta rasio nilai terhadap pembiayaan atau loan-to-value ratio pada level 0,9%.

Direktur Investasi Saratoga Investama Sedaya, Devin Wirawan mengatakan, likuiditas Saratoga hingga kuartal tiga 2022 tercatat sehat. Hal tersebut dapat dilihat dari dana kas yang sebesar Rp 1,1 triliun. 

“Dengan dukungan likuiditas yang kuat dan rasio pinjaman yang rendah memungkinkan Saratoga untuk mengoptimalkan setiap peluang investasi. Kami memiliki beberapa opsi investasi yang sejalan dengan rencana bisnis Saratoga ke depan,” kata Devin.

Reporter: Zahwa Madjid