Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), membukukan laba bersih senilai US$ 1,90 miliar atau setara Rp 29,64 triliun pada periode September 2022 dengan rata rata kurs Rp 15.600 per dolar AS.
Laba bersih itu melejit 352,21% dibanding periode sama di tahun sebelumnya yang senilai US$ 479,50 juta.
Melejitnya perolehan laba Adaro Energy menyebabkan nilai laba per saham dasar naik menjadi US$ 0,061 per saham dari periode sama tahun lalu US$ 0,013 per saham.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, emiten bersandi ADRO tersebut tercatat mengantongi kenaikan pendapatan usaha bersih 130% dari sebelumnya US$ 2,56 miliar menjadi US$ 5,91 miliar pada September 2022.
Pendapatan ini utamanya disokong paling besar dari bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara yang naik 135% menjadi US$ 5,79 miliar dari tahun sebelumnya US$ 2,47 miliar. Sedangkan, jasa pertambangan juga naik 29% menjadi US$ 627 juta dari tahun lalu US$ 487 juta.
Sejalan dengan kenaikan pendapatan, beban pokok pendapatan ADRO juga naik 59% menjadi US$ 2,54 miliar. Hal ini terutama karena kenaikan pembayaran royalti akibat kenaikan pada ASP maupun biaya penambangan yang terjadi karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) global.
Manajemen Adaro menyampaikan, profitabilitas yang tinggi tersebut sejalan dengan harga komoditas batu bara yang masih tinggi, sehingga EBITDA operasional terdorong naik 231% menjadi $3,79 miliar dari sebelumnya $1,14 miliar.
Adaro meningkatkan margin EBITDA operasional y-o-y sebesar 1.950 bps menjadi 64,2% dari 44,7% karena ASP naik 106% dan volume penjualan naik 14%.
Presiden Direktur dan CEO Adaro Energy Indonesia, Bapak Garibaldi Thohir, mengatakan, pada sembilan bulan pertama tahun 2022, Adaro terus mengeksekusi strategi untuk meningkatkan produksi dan penjualan melebihi 10% y-o-y
"Pendapatan, EBITDA dan laba bersih mencapai rekor tertinggi untuk sembilan bulan pertama dari setiap tahun sejak perusahaan didirikan 30 tahun lalu," kata Garibaldi 'Boy' Thohir, dalam siaran persnya, Selasa (1/11).
Boy melanjutkan, EBITDA operasional yang mencapai $3,8 miliar dengan laba inti $2,3 miliar setara dengan kenaikan masing-masing 231% dan 262% y-o-y, yang mencerminkan kualitas laba.
Dari sisi aset, sampai dengan September 2022 tercatat naik 41% menjadi US$ 10,03 miliar dari US$ 7,11 miliar pada tahun sebelumnya. Sedangkan, ekuitas liabilitas perusahaan juga meningkat 34% menjadi US$ 3,74 miliar dari sebelumnya US$ 2,79 miliar.