PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) merencanakan aksi korporasi perseroan. Rencana ini disampaikan pada paparan kinerja BBRI kuartal III tahun 2022.

Direktur Keuangan BBRI, Viviana Dyah, mengatakan keterlambatan penerbitan laporan kinerja keuangan perseroan sebab ada kajian ulang terbatas atau limited review yang dilakukan oleh auditor.

"Memang ada limited review yang dilakukan, tentunya ini sebagian dari rencana aksi korporasi yang akan dilakukan BRI," kata Viviana Dyah dalam laporan kinerja BBRI kuartal III 2022, pada Kamis (17/11).

Namun, dirinya belum dapat menyampaikan aksi korporasi lebih lanjut. Dia menyampaikan saat ini masih dalam proses internal. "Namanya juga aksi koorporasi saat ini masih saat proses internal dan belum bisa kami sampaikan terlebih dahulu,"katanya.

Di saat bersamaan, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan sebanyak 16 perusahaan finansial akan menggelar aksi korporasi penambahan modal atau rights issue. Bukan tidak mungkin, BRI berpotensi menjadi salah satu emiten yang tercantum dalam daftar tersebut.

Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia (BEI) I Nyoman Gede Yetna, menyampaikan ada 42 perusahaan tercatat yang berada pada pipeline right issue sampai dengan 11 November 2022. Adapun, perkiraan total dana yang akan diperoleh melalui right issue sebesar Rp 39,4 triliun.

"Jumlah perusahaan yang berencana melakukan right issue, baik ditinjau dari jumlah perusahaan maupun perkiraan jumlah dana yang dihimpun melalui right issue, terbanyak dari sektor financials,"katanya kepada media, dikutip Kamis (17/12).

Dalam catatan Katadata, pada kuartal ketiga tahun lalu, tepatnya September 2021, BRI melakukan right issue terbesar sepanjang sejarah BEI dengan nilai Rp 95,9 triliun. Aksi korporasi bank pelat merah itu berhasil menjadi yang terbesar ke-7 di dunia sejak 2009.

Saat itu, BBRI menawarkan 28,2 miliar lembar saham baru dengan harga Rp 3.400 per saham untuk menambah modal melalui right issue. Melansir informasi dari laman BEI, BBRI menggunakan rasio 100:23 dalam aksi right issue ini. Artinya, setiap 100 lembar saham yang dimiliki investor setara dengan 23 HMETD.

Dana hasil right issue digunakan untuk pembentukan holding BUMN Ultra Mikro (Umi) yang dipimpin BRI bersama dengan PT Pegadaian dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Pembangunan holding itu didasari tujuan untuk mengembangkan ekosistem usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sebagai sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Adapun, 42 Perusahaan Tercatat yang berada pada pipeline right issue berdasarkan data BEI tersebar pada berbagai sektor sebagai berikut:

1 perusahaan dari sektor layanan kesehatan

4 perusahaan dari sektor energi

3 perusahaan dari sektor properti dan real estate

16 perusahaan dari sektor finansial

2 perusahaan dari sektor industri dasar 

1 perusahaan dari sektor teknologi

3 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik

4 perusahaan dari sektor infrastruktur

5 perusahaan dari sektor Consumer Cyclicals

3 perusahaan dari sektor Consumer Non-Cyclicals

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail