PT Krakatau Steel Tbk mendapatkan perpanjangan restrukturisasi dan pembayaran utang Tranche B. Hal ini ditandai dengan penandatanganan perjanjian antara Krakatau Steel dengan 10 bank kreditur, pada Jumat (30/12).
Menurut Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim, dengan adanya perpanjangan restrukturisasi ini, maka jatuh tempo pelunasan utang Tranche B menjadi Desember 2023.
"Di bulan Januari 2023 akan dibayarkan US$ 50 juta atau sebesar Rp 787,5 miliar. Dananya sudah siap," kata Silmy dalam keterangan resmi.
Ia menjelaskan, ada beberapa langkah yang dilakukan Krakatau Steel untuk melunasi utang dalam perpanjangan restrukturisasi ini. Langkah yang dimaksud, antara lain menggunakan kas internal perusahaan, aksi korporasi, hingga optimalisasi dan divestasi aset.
Saat ini Krakatau Steel telah menyiapkan US$ 390 juta dari US$ 524 juta yang harus dibayarkan. Silmy mengatakan, setelah pembayaran sebesar US$ 390 juta, sisa US$ 134 juta akan diupayakan perusahaan sepanjang 2023.
"Pembayaran utang Tranche B US$ 524 juta akan dilakukan secara bertahap mulai Januari 2023. Dengan melunasi utang Tranche B pada 2023, maka sisa utang Krakatau Steel sebesar US$ 1.191 juta. Kami optimistis dapat merealisasikan kewajiban pembayaran utang tersebut,” ujar Silmy.
Sebagai informasi, Krakatau Steel telah membayar total US$ 487,7 juta atau setara dengan Rp 7,4 triliun sepanjang 2020-2022 atau sejak dimulainya proses restrukturisasi sampai sekarang.
Selama periode restrukturisasi, Krakatau Steel mencatatkan kinerja yang cukup baik. Pada 2021 misalnya, perusahaan berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 62,3 juta, melonjak 165% dibandingkan capaian yang diraih pada 2020, di mana laba bersih perusahaan tercatat sebesar US$ 23,68 juta.
Tahun 2020 menjadi tahun pertama Krakatau Steel mencatatkan laba. Sebelumnya, perusahaan selalu mencatatkan rugi pada 2012 hingga 2019.
Selain mencatatkan laba, Krakatau Steel juga telah membayar cicilan pokok sebesar Rp 3,2 triliun, yang membuat utang Krakatau Steel ke bank pada 2021 turun menjadi Rp 28,51 triliun.