Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, mencanangkan banyak aksi merger pada perusahaan pelat merah pada tahun mendatang, salah satunya merger BUMN pengelola bandara, PT Angkasa Pura I dan PT Angkasa Pura II. Langkah ini masuk dalam salah satu agenda prioritas Kementerian BUMN.
"Kalau merger Angkasa Pura, kami akan hitung dulu seperti Pelindo. Profit atau tidak, apa memberatkan, bagaimana bandara-bandara kecil. Jadi ada waktunya kami akan dorong," kata Erick dakam konferensi pers, Senin (3/1).
Di sisi lain, Erick menyampaikan, saat ini rencana merger PT Angkasa Pura I (AP I) dan PT Angkasa Pura II (AP II) masih dalam tahap penjajakan. "Angkasa Pura sedangg kami jajaki, tapi kalau ada isu merger ada pengurangan pegawai itu belum tentu. Justru sekarang kan tambah pegawai terus," katanya.
Namun demikian, dirinya belum dapat memutuskan secara pasti kapan merger Angkasa Pura I (AP I) dan Angkasa Pura II (AP II) akan dilaksanakan. Erick menyebut, peleburan usaha di sektor pengelolaan bandara tersebut akan masuk menjadi agenda prioritas kesepuluh BUMN. Di mana pada tahun ini, BUMN fokus pada sembilan agenda prioritas.
Sembilan program yang akan dilakukan BUMN, yaitu penyelesaian light rapid transit Jabodetabek dan Kereta Cepat Jakarta Bandung. Lalu, aksi korporasi dari PT Jasa Marga Tbk. (JSMR), penyelesaian restrukturisasi PT Waskita Karya Tbk. (WSKT) dan penyelesaian restrukturisasi ID Food.
Selain itu, ada penyelesaian restrukturisasi Defend ID, Deregulasi dan Penataan Permen BUMN, dan penguatan tata kelola investasi dana pensiun BUMN. Di samping itu, Erick Thohir menargetkan konsolidasi BUMN hingga 30 BUMN dalam peta jalan fase dua periode 2024-2034.
Sebelumnya, Kmenterian BUMN juga telah mendapat persetujuan Presiden Jokowi untuk menggabungkan dua BUMN angkutan umum, yakni Perusahaan Umum (Perum) Damri dan Perum PPD. Merger ini menjadi langkah Kementerian guna menyehatkan kedua perusahaan tersebut.
Selain itu, aksi korporasi ini didasari oleh kondisi bisnis keduanya yang ekuivalen. Penyatuan menjadi langkah terbaik agar kedua Perum tersebut tidak tumpang tindih akibat memiliki fokus bisnis yang sama.
Erick meyakini, penggabungan tersebut akan memperkuat kondisi perusahaan. Perusahaan hasil penggabungannya nanti dapat lebih fokus pada upaya maksimal untuk meningkatkan kinerja dan perluasan pasar ke depan.
"Kebetulan keduanya terdampak oleh Pandemi Covid - 19. Penggabungannya nanti lebih memperkuat daya jangkau dan memperluas jaringan," ujar Erick, dalam keterangan pers, Selasa (27/12).