BRI Siapkan Empat Strategi Hadapi Tantangan Industri Perbankan di 2023

BRI
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
17/1/2023, 18.10 WIB

Emiten perbankan BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menyiapkan berbagai strategi menghadapi berbagai tantangan bagi industri perbankan di tahun ini. 

Direktur Utama BRI, Sunarso, memaparkan industri perbankan akan menghadapi sejumlah tantangan seperti resesi ekonomi yang terjadi negara maju, perlambatan aktivitas ekonomi global, meningkatnya tensi geopolitik serta disrupsi rantai pasok. Tantangan lainnya, yaitu tekanan inflasi yang masih tinggi dan kembali meningkatnya kasus Covid-19 di Cina. 

Sunarso menyebut, berdasarkan survei Bloomberg, probabilitas resesi ekonomi tahun 2023 akan terjadi di beberapa negara di atas 20%, utamanya pada negara maju seperti Uni Eropa hingga 50% dan Amerika Serikat 40%. 

Meski demikian, dirinya menyebut ada beberapa faktor pendukung industri perbankan Tanah Air seperti peningkatan aktivitas bisnis dan ekonomi seiring pengendalian kasus Covid-19 dan harga komoditas yang mulai turun. Lalu, rating investasi Indonesia yang stabil dan positif dan perpanjangan relaksasi restrukturisasi Covid-19 hingga 2024.

"Kami bangga bahwa Indonesia mampu mengelola ekonominya, mampu mengintegrasikan secara baik. Probabilitas resesi ekonomi Indonesia hanya 3%," katanya dalam webinar Tren Perbankan Tahun 2023, Selasa (17/1).

Sunarso menyampaikan, BRI telah menyiapkan empat matrik mitigasi risiko dan strategi dalam menghadapi inflasi, kenaikan suku bunga, dan perlambatan ekonomi. Pertama yaitu skenario jika ekonomi pulih, namun inflasi naik dan kualitas pinajam menurun. 

Jika skenario ini terjadi, hal yang harus dilakukan perbankan yaitu mempercepat proses penghapusan buku (write-offs)  untuk recovery rate yang lebih tinggi. Selanjutnya, bank mempertahankan coverage ratio yang tinggi.

"Lalu kami melakukan enhancment credit risk model dan Loan Portfolio Guideline (LPG) itu bisa kami atur ke moderat," katanya. Selain itu, BRI akan melakukan pemantauan kualitas pinjaman secara intensif.

Kedua, skenario ekonomi mulai pulih, inflasi terkendali dan kualitas pinjaman membaik. Sunarso menyebut ada tiga strategi yaitu mempercepat proses write-offs untuk recovery rate yang lebih tinggi. Lalu menurunkan coverage ratio

"Jadi sudah boleh kita menurunkan cadangan karena situasinya baik semua, serta enchance risk-based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk," katanya. Pada skenario ini, LPG lebih melonggar sebagai pedoman untuk strategi pertumbuhan.

Skenario ketiga, ekonomi tetap stagnan namun inflasi naik dan kualitas pinjaman memburuk. menurutnya skenario ini merupakan skenario terburuk. Dia mengatakan yang bisa dilakukan perbankan yaitu tumbuh terbatas, kemudian pengaturan LPG yang sangat ketat. Kemudian mempertahankan coverage ratio di level yang lebih tinggi.

"Kemudian kami lakukan monitoring kualitas pinjaman yang intensif, simulasi dan stess-test secara periodik dan berkesinambungan," jelasnya.

Skenario keempat yaitu ekonomi tetap tumbuh stagnan, inflasi terkendali, dan kualitass pinjaman membaik. Maka, ada tiga strategi respons yang disiapkan, yaitu tumbuh selektif, dengan LPG diatur pada level moderat. Kemudian, mempertahankan coverage ratio yang tinggi, dan melakukan pemantauan kulitas pinjaman secara intensif serta melakukan simulasi dan stress-test secara berkesinambungan. 

 

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail