PT Petrosea Tbk (PTRO) akan menggenjot ekspansi dan mendiversifikasi bisnis di tahun ini. Untuk itu kontraktor tambang batu bara tersebut mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 178 juta atau setara Rp 2,7 triliun. Capex tersebut naik 30% dari anggaran tahun 2022 yang sebesar US$ 137 juta.
Lo Kheng Hong sebelumnya tercatat sebagai pemegang saham PTRO. Namun investor kawakan yang sering dijuluki Warren Buffet-nya Indonesia itu telah melepas sebanyak 151,43 juta saham atau 15,01% saham PTRO dengan harga pelaksanaan Rp 3.118 per saham pada 29 September 2022. Dari transaksi tersebut, Lo Keng Hong meraup keuntungan sebesar Rp 472,16 miliar.
Namun dari periode tersebut hingga Januari 2023 Lo Kheng Hong tidak kembali melakukan aksi beli saham PTRO. Alias kini Lo Kheng Hong sudah sama sekali tidak menjadi pemegang saham di Petrosea. Padahal Haji Romo (Robert) Nitiyudo Wachjo selaku majority shareholder menyampaikan keyakinannya bahwa Petrosea akan semakin tumbuh dan mencatatkan kinerja yang kuat. Hal itu sejalan dengan strategi repositioning perseroan menjadi mine owner di masa mendatang.
“Saya sudah tidak punya saham PTRO,” ucapnya kepada Katadata.co.id, Rabu (18/1).
Dalam keterangan resmi, Presiden Direktur Petrosea Romi Novan Indrawan mengatakan dana capex akan digunakan untuk meneruskan ekspansi bisnis dan strategi diversifikasi sebagai pilar kunci perusahaan untuk terus mengembangkan value proposition kepada seluruh pemegang saham dan pemangku kepentingan.
“Petrosea mencadangkan anggaran belanja tahun 2023 yang naik sekitar 30% dari tahun sebelumnya,” ucapnya dikutip Rabu (18/1).
Adapun salah satu realisasi diversifikasi perseroan yakni dengan memperoleh kontrak dari PT Santana Rekso Nindhana untuk jasa EPCM di proyek tailing management di tambang emas yang dimiliki oleh PT Nusa Halmahera Minerals (NHM) pada Juli 2022. Nilai kontraknya Rp 3,6 triliun selama lima tahun termasuk pembangunan infrastruktur.
Ke depan, Petrosea berkomitmen untuk terus menjalankan diversifikasi dan ekspansi usaha ke sektor mineral lain, termasuk melalui penyediaan jasa pertambangan dan rekayasa, pengadaan & konstruksi (EPC) secara berkelanjutan. Selain itu, strategi jangka panjang emiten berkode saham PTRO ini adalah melakukan repositioning dari sebelumnya kontraktor tambang menjadi pemilik tambang.
Romi mengatakan menghadapi tahun 2023, PTRO akan mempercepat berbagai inisiatif change managemet sebagai wujud implementasi operational excellence dan continuous improvement di seluruh area operasional perusahaan.
Sementara itu sepanjang 2022, PTRO berhasil mengantongi total nilai kontrak sebesar US$ 1,6 miliar atau setara Rp 24,8 triliun. Pada periode yang sama, perseroan juga berhasil mencatatkan nilai kapitalisasi pasar (market cap) tertinggi sebesar Rp 4,38 triliun.