Hari ini Kamis (19/1) Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan suku bunga acuan. Hasil Rapat Dewan Gubernur yang berlangsung dua hari terakhir memutuskan suku bunga BI 7 days reverse repo rate naik sebesar 25 basis poin menjadi 5,75%. Suku bunga Deposit Facility sebesar 5%, dan suku bunga Lending Facility ada di 6,50%.
Riset harian NH Korindo Sekuritas menyebutkan, kemarin (18/1), ketiga indeks Wall Street kompak turun bersamaan cukup signifikan dipimpin oleh Dow Jones yang terdepresiasi 1,81% atau 613 poin. Disusul oleh S&P500 yang kehilangan 1,56% dan Nasdaq turun 1,24%, dipicu oleh data ekonomi yang lemah mulai menunjukkan ekonomi yang terkontraksi dan oleh karenanya kembali memunculkan kekhawatiran resesi.
Head Of Research NH Korindo Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan bahwa angka retail sales mulai turun lebih jauh dari konsensus. Hal ini menandakan ekonomi mulai berkontraksi akibat dinaikkannya suku bunga terus menerus untuk melawan inflasi.
Melihat hal tersebut, Liza mengatakan bahwa para pejabat The Federal Reserve Amerika Serikat masih tidak mengurangi nada hawkish mereka. Bahkan, makin menegaskan bahwa suku bunga acuan mereka kemungkinan besar akan bertahan minimal 5% di tahun ini.
“Europian Central Bank pun sama hawkish-nya, memastikan suku bunga bank sentral zona Eropa masih akan ada di level tinggi for quite some time. Karena inflasi di benua Eropa belum cukup jinak walau sudah mulai turun di level 9,2%, justru CPI UK masih betah di double digit 10,5%,” ujar Liza dalam risetnya, Kamis (19/1).
Kendati demikian, Liza menilai resesi itu diperlukan agar bank sentral Amerika Serikat dan Eropa bisa mulai pivot.
Melansir Reuters, pembuat kebijakan Federal Reserve pada hari Rabu (19/1) mengisyaratkan mereka akan melanjutkan kenaikan suku bunga lebih lanjut. Dengan beberapa mendukung tingkat kebijakan tertinggi minimal 5% bahkan ketika inflasi menunjukkan tanda-tanda memuncak dan aktivitas ekonomi melambat.
“Namun dalam saat sama, tidak ada yang mau resesi yang dalam. Yang diincar adalah soft landing, supaya inflasi bisa turun pelan-pelan ke target mereka di 2%. Sekarang masih di 6,5%,” lanjut Liza.
Adapun untuk para pelaku pasar modal Indonesia, Liza menyarankan untuk jangan terlalu terpaku dengan outlook ekonomi global yang suram. Peluang datang dan pergi seiring perkembangan dalam negeri.
Pasar Indonesia menurutnya memang akan turut volatile. In a good way didukung oleh masa depan EV dan infrastrukturnya, keuntungan komoditas , Cina buka border, dan tahun Pemilu 2024 yang diadakan serentak untuk Pilpres dan Pilkada. Serta pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) baru, yaitu Nusantara yang mulai jalan.
"Pokoknya kita banyak cerita yang bisa jadi untuk fundamental issue bergeraknya pasar kita. Tinggal pintar-pintar saja pilih timing rotasi sektornya," kata Liza.