Emiten pertambangan batu bara, PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), menargetkan penjualan batu bara di kisaran 62 juta ton sampai dengan 64 juta ton pada tahun ini. Target tersebut terdiri dari 58 hingga 60 juta ton batu bara termal dan 3,8 hingga 4,3 juta ton batu bara metalurgi dari Adaro Minerals Indonesia (ADMR).
Manajemen Adaro mengungkapkan, volume ADMR terus bertumbuh karena permintaan yang kuat untuk batu baranya. Volume dari Balangan Coal Companies dan PT Mustika Indah Permai juga diperkirakan akan meningkat.
"Angka ini tidak termasuk target tambang Kestrel yang ditetapkan 6 juta ton," ungkap Investor Relations Adaro, Danuta Komar, dalam publikasi laporan operasional kuartal keempat, dikutip Jumat (17/2).
Di tahun ini, Adaro juga menganggarkan belanja modal di kisaran US$500 juta sampai US$600 juta atau di kisaran Rp 7,58 triliun sampai Rp 9,10 triliun
untuk belanja modal rutin dan ekspansi, terutama untuk bisnis pertambangan, jasa pertambangan dan logistik.
Belanja modal ini tidak termasuk belanja modal untuk proyek transformasi bisnis di Kaltara. Adaro memiliki beberapa proyek yang akan dilaksanakan di kawasan industri ini, termasuk smelter aluminium dan PLTU yang menjadi sumber energinya, serta PLTA.
Sekadar gambaran, pada tahun 2022, perusahaan mencatat rekor tertinggi produksi batu bara sebesar 62,88 juta ton yang setara dengan kenaikan 19% dari 52,70 juta ton pada 2021.
Angka ini melampaui panduan yang ditetapkan pada kisaran 58-60 juta ton, berkat dukungan permintaan yang tinggi dari para pelanggan dan kinerja produksi yang tinggi.
Volume penjualan batu bara pada sepanjang tahun lalu naik 19% menjadi 61,34 juta ton dari 51,58 juta ton pada 2021. Pertumbuhan penjualan terutama didorong oleh produk batu bara termal CV menengah (4700 ke atas) yang meningkat 22% menjadi 44,91 juta ton pada 2022 dibandingkan 36,77 juta ton pada 2021.
Produk batu bara termal CV menengah meliputi 73% total penjualan sepanjang 2022 lalu. Penjualan batu bara metalurgi ADMR juga mencatat lonjakan yang tinggi sebesar 39% menjadi 3,20 juta ton pada FY22 dari 2,30 juta ton pada 2021.
Adapun, volume pengupasan lapisan penutup pada 2022 mencapai 235,68 juta bank cubic meter (Mbcm), atau naik 8% dari 218,90 Mbcm pada 2021, yang didorong oleh kenaikan volume pengupasan lapisan penutup dari Balangan Coal Companies (BCC), PT Mustika Indah Permai (MIP), dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR).