Emiten pertambangan batu bara BUMN, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) menargetkan produksi batu bara sebanyak 41 juta ton untuk tahun 2023 atau naik 11% dari realisasi tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton.
Perusahaan menargetkan angkutan batu bara tahun ini sebesar 32 juta ton, naik 11% dari realisasi angkutan tahun 2022 sebanyak 28,8 juta ton.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, terkait volume penjualan batu bara 2023, perseroan menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30%.
"Target ini naik dari realisasi penjualan batu bara tahun 2022 yang sebesar 31,7 juta ton," kata Arsal, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (9/3).
Selain itu, PTBA melalui PT Huadian Bukit Asam Power (HBAP) sebagai Independent Power Producer (IPP) membangun PLTU Mulut Tambang Sumsel-8 berkapasitas 2x660 MW, atau dikenal juga sebagai PLTU Tanjung Lalang. HBAP merupakan konsorsium antara PTBA dan China Huadian HongKong Company Ltd.
Pembangunan PLTU yang nantinya membutuhkan sekitar 5,4 juta ton batu bara per tahun ini telah
mencapai kemajuan konstruksi sebesar 97%. Pembangkit listrik ini diharapkan dapat mulai beroperasi komersial pada 2023.
Selain itu, PTBA dan PLN melakukan penjajakan dalam pengakhiran lebih awal atau early retirement PLTU Pelabuhan Ratu 3x350 MW. Komitmen ini dituangkan melalui penandatanganan Principal Framework Agreement dalam rangkaian agenda Stated-Owned Enterprises (SOE) International Conference di Bali pada 18 Oktober 2022.
"Setelah penandatanganan Principal Framework Agreement ini, PTBA dan PLN akan melakukan proses due dilligence (uji tuntas) untuk program early retirement PLTU tersebut," katanya.
Sepanjang tahun 2022, emiten bersandi PTBA ini membukukan laba bersih senilai Rp 12,56 triliun. Laba bersih tersebut meningkat 58,9% dibanding periode yang sama tahun 2021 yang senilai Rp 7,90 triliun.
Melesatnya perolehan laba bersih tersebut turut meningkatkan nilai laba per saham dasar Bukit Asam dari sebelumnya Rp 702 per saham menjadi Rp 1.094 per saham.
Melejitnya laba Bukit Asam sehaluan dengan kenaikan pendapatan sebesar 45,7% dari sebelumnya Rp 29,61 triliun menjadi Rp 42,64 triliun. Naiknya pendapatan diimbangi dengan melonjaknya beban pokok pendapatan dari sebelumnya Rp 15,77 triliun menjadi Rp 24,68 triliun pada akhir 2022.