Volume lalu lintas data menjelang peristiwa besar nasional Pemilu 2024 diprediksi melonjak. Ditambah dengan adopsi teknologi 5G yang diharapkan lebih luas dan penetrasi fixed broadband, maka emiten infrastruktur telekomunikasi dalam hal ini yang bergerak di bisnis menara akan makin diuntungkan.

Senior Research Analyst Mirae Asset Robertus Hardy mengatakan, menjelang Pemilu 2024 industri telekomunikasi diinisiasi dengan peringkat overweight dengan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel sebagai pilihan utama.

Hal tersebut karena neraca Mitratel yang relatif lebih sehat dengan hanya 33,0% net gearing per Desember 2022 dibandingkan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) dan PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) yang masing-masingnya mencapai 309,5% dan 224,3%.

“Kami menyukai perseroan karena posisinya sebagai pemimpin di sektor ini dengan 35.418 aset menara yang dikelola per Desember 2022,” kata Robertus dalam risetnya, Kamis (6/4).

Oleh karena itu, Mitratel tidak hanya memiliki peluang untuk membayar dividen yang lebih tinggi. Namun juga memiliki kemampuan untuk membelanjakan lebih banyak anggaran capex untuk meningkatkan jumlah aset menara, baik melalui build to suite maupun akuisisi.

Sebagai catatan, aset Dayamitra Telekomunikasi memiliki valuasi yang murah, yaitu hanya Rp 2,0 miliar EV/tower, per Desember 2022. Ini lebih dari 35% diskon dari TOWR dan TBIG yang masing-masing sebesar Rp 3,1 miliar dan Rp 3,3 miliar.

EV/tower merupakan valuasi kapitalisasi pasar (market cap) dibandingkan dengan aset menara

Target harga saham (Dokumentasi Mirae Asset Sekuritas Indonesia)

Berdasarkan aset, anak perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) atau Telkom ini merupakan menara terbesar operator dengan 35.418 menara per Desember 2022, diikuti oleh TOWR dan TBIG dengan 29.794 dan 21.870 menara masing-masing. 

Mitratel sebelumnya mengakuisisi beberapa menara dari PT Indosat Tbk (ISAT) dengan perjanjian jual dan sewa kembali. Sedangkan TBIG mengakuisisi sebagian kepemilikan masing-masing atas PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk (GHON) dan PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur (GOLD), diikuti dengan akuisisi beberapa aset menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk (IBST).

Untuk TOWR, perseroan mengakuisisi kepemilikan mayoritas PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR). Selain itu, TOWR sebelumnya juga mampu mengakuisisi beberapa menara dari PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan ISAT.

“Mengingat bahwa setiap menara dapat disewa oleh banyak penyewa, kami melihat bahwa strategi colocation dapat menjadi salah satunyasumber utama pertumbuhan pendapatan di masa depan,” kata Robertus. 

Per data Desember 2022, Indonesia memiliki 127,8 pengguna seluler per 100 penduduk. Dengan lebih banyak dari populasi 275 juta orang per September 2022, Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia setelah India (1,42 miliar), Cina (1,41 miliar), dan AS (333 juta).

Oleh karena itu, potensi pasar yang sangat besar ini berhasil menarik beberapa pemain besar untuk berinvestasi di industri infrastruktur telekomunikasi.  Sebagai catatan, MTEL didukung oleh grup Telkom, sedangkan TOWR berafiliasi dengan grup Djarum dan TBIG dengan Saratoga.