Emiten maskapai BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) memiliki visi untuk tidak berutang lagi dan bisa mencetak untung usai tercapainya homologasi. Salah satunya yaitu fokus terhadap kinerja para manajer cabang agar dapat meningkatkan pendapatan dan laba perusahaan.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengatakan tak akan segan untuk mengganti manajer cabang yang tidak bisa memberikan perubahan. Irfan bercerita, saat bergabung bersama GIAA, perusahaan mencatatkan utang hingga US$ 2 miliar atau sekitar Rp 29,2 triliun.
"Problemnya Garuda begini. Garuda ini jarang-jarang untung. Untuk bisa memenuhi bayar kewajiban mesti harus utang," katanya saat wawancara bersama Katadata.co.id. Kamis (13/4).
Irfan mengatakan nantinya pendapatan Garuda harus lebih bersar dari pengeluaran. Tapi kalau pendapatannya nanti tidak dapat naik, akan ada pemotongan pengeluaran. Menurutnya, beban bisa dinaikkan jika tujuannya untuk mendapatkan pendapatan berkali-kali lipat.
"Kalau mau untung dalam setahun mesti untung setiap bulan, kalau mau untung setiap bulan, mesti untung setiap minggu, kalau mau untung setiap minggu, mesti untung setiap hari. Caranya adalah meninjau setiap hari, maka itu saya bisa marah tiap hari," katanya.
Selain itu, Irfan kerap menegaskan kepada manajer cabang GIAA untuk ikut memperhatikan kondisi lapangan seperti bandara dan turut bertanggung jawab meningkatkan pendapatan perusahaan.
Maka, Irfan selalu menekankan kepada manajer cabang untuk bisa berinovasi dan memberi dampak kepada perusahaan dan mendorong agar bisa melampaui target.
Di sisi lain, kedisiplinan manajer cabang perusahaan dalam bekerja, menurut Irfan, menjadi sangat penting. Dirinya bahkan tidak menerima alasan-alasan klasik manajer cabang Garuda saat seharusnya sedang menjalankan tugas.
"Kalau saya lihat ada satu branch manager yang begitu-begitu aja, saya ganti. Setiap unit yang tidak bikin untung selalu saya cek," katanya.
Selain itu, Irfan mengatakan sangat penting untuk memahami struktur biaya perusahaan. Lalu selanjutnya yaitu memotivasi pekerja yang menurut Irfan juga sangat penting jika ingin perusahaan semakin baik.
Dirinya mengaku acap kali menantang orang-orang yang bekerja di GIAA untuk tidak melulu merekrut agar perusahaan semakin baik. Irfan menganggap mungkin yang saat ini bekerja namun tidak maksimal perlu sedikit motivasi atau pun kenaikan gaji.
"Tetapi, gaji bukan satu-satunya faktor. Lingkungan kerja juga penting. Kami punya value baru, because you matter, I'm in charge with you,"katanya.
Garuda Indonesia membukukan laba bersih sebesar US$ 3,73 miliar atau setara dengan Rp 55,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.968,65/US$) sepanjang 2022. Dari segi pendapatan, perseroan meraih US$ 2,1 miliar. Jumlah ini naik 57% dari pencapaian tahun sebelumnya yakni US$ 1,33 miliar.
Namun demikian, kinerja Garuda Indonesia sepanjang 2022 juga diuntungkan adanya restrukturisasi utang. Sepanjang tahun lalu, perusahaan mendapatkan pendapatan dari restrukturisasi utang sebesar US$ 2,85 miliar, serta keuntungan dari restrukturisasi pembayaran sebesar US$ 1,38 miliar.