Menn Teknologi Perdana Melantai di BEI, Sahamnya Kena Batas Bawah
Emiten yang bergerak di bidang teknologi digital, PT Menn Teknologi Indonesia Tbk (MENN) melakukan penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Berdasarkan data perdagangan sampai dengan pukul 09.40 WIB, harga saham MENN anjlok 8,97% ke level Rp 71 dari level harga penawaran umum, yakni Rp 78. Sahamnya menyentuh batas auto reject bawah atau ARB. Padahal harga sahamnya sempat naik di level Rp 85 per saham.
Volume saham yang diperdagangkan tercatat 51,42 juta dengan nilai transaksi Rp 3,66 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 5.673 kali, dengan rentang harga penjualan berkisar Rp 71 per saham hingga Rp 85 per saham. Sementara kapitalisasi pasarnya yaitu Rp 101,81 miliar.
Direktur Utama Menn Teknologi Indonesia Michael Halim Mulyanto menargetkan setelah hajatan IPO, MENN dapat melebarkan sayap ke kawasan-kawasan industri besar berfokus erat untuk kenaikan laba perseroan.
“Kalau untuk core business fleet management and menconnect kami akan membesarkan pangsa pasar dengan target langganan 1 juta kendaraan operasional. Secara overall kami targetkan laba bersih meningkat jauh di tahun ini,” kata Michael usai listing di BEI, Selasa (18/4).
Sebagai gambaran, bisnis Smart IoT Digital Solution yang dijalankan MENN sudah terdapat banyak contoh suksesnya di luar negeri. Seperti beberapa perusahaan asal Amerika yakni Fleetmatics dan Samsara Inc yang sahamnya diperdagangkan di New York Stock Exchange. Dimana Fleetmatics telah
di akuisisi oleh Verizon US$ 2,4 milliar dan Samsara telah menjadi unicorn di Amerika Serikat, saat IPO valuasi perusahaannya sudah mencapai US$ 9,96 miliar.
Perusahaan sejenis MENN dari India yakni LocoNav mendapat suntikan pendanaan seri B sebesar US$
37 juta pada Juni 2021 di mana salah satu investornya adalah Sequoia Capital. Dua contoh perusahaan di atas bisa menjadi benchmarking bisnis MENN di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa sektor bisnis
ini sangat menjanjikan. Sehingga bisnis MENN ini sangat prospektif di tahun-tahun mendatang.
Peluang besar sektor logistik Indonesia didorong oleh pertumbuhan ekonomi yang semakin membaik akibat peningkatan konsumsi termasuk transaksi e-commerce yang tentu saja akan mendorong jutaan kendaraan angkutan komersial baru setiap tahunnya dan terus berkembang. Ditambah juga dengan peraturan Permenhub no. 60 Tahun 2019 dan PERDIRJEN Perhubungan Darat 2018 atau 2019 yang mengharuskan setiap kendaraan operasional yang jalan memiliki GPS Tracker.
MENN sebagai perusahaan dengan size yang masih relatif kecil dapat terus agile dan dinamis dalam menangkap potensi pertumbuhan bisnis di bidang logistik dan IoT di berbagai sektor lain ke depannya. Pertumbuhan pasar logistik di Indonesia secara historis berhasil mencatatkan pertumbuhan dengan CAGR sebesar 16,2% sepanjang 2015-2020 dan bahkan pada tahun 2022 sektor transportasi dan pergudangan memberikan kontribusi pertumbuhan terbesar pada PDB.
Selanjutnya, sektor logistik diproyeksikan akan terus mengalami peningkatan dengan CAGR sebesar 9,22% dari US$ 275 miliar di tahun 2020 menjadi US$ 427 miliar di tahun 2025. Teknologi Internet of Things (IoT) akan terus meningkat di masa depan, ditambah dengan adanya implementasi 5G di Indonesia.
Pada tahun 2025 Kominfo memproyeksikan perangkat IoT terpasang di Indonesia akan meningkat dari 400 juta perangkat pada tahun 2022 menjadi 678 juta perangkat pada tahun 2025.
Selain itu, ukuran pasar IoT di Indonesia diproyeksikan akan tumbuh dari Rp 355 triliun pada 2022 menjadi Rp 557 triliun pada tahun 2025 dengan CAGR sebesar 16,2% untuk proyeksi tahun 2022-2025.
IPO saham MENN ditawarkan pada harga Rp 78 per sahamnya, setara dengan valuasi P/E ratio tahun 2023 sebesar 44 kali dan proyeksi 2024 sebesar 25 kali. Adapun dari sisi Price to Book Ratio (PBV) berkisar 2,6 kali dan 1,7 kali dengan menggunakan proyeksi nilai ekuitas 2023 dan 2024.
Sementara itu apabila dibandingkan dengan rata-rata industri pada sektor teknologi di Indonesia (IDX Tech Index) maka valuasi MENN masih relatif reasonable. Di mana benchmarking industri di Indonesia dengan P/E ratio sebesar 85,6 kali dan PBV sebesar 8,7 kali. Dengan kata lain, pemain IT yang sudah melantai di bursa saat ini, memilki valuasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan valuasi MENN.