PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) membukukan pendapatan usaha Rp 3,78 triliun atau meningkat sekitar 503,8% dari setahun sebelumnya sebesar Rp 626 miliar. Namun sayang, emiten maskapai penerbangan yang dimiliki oleh Tony Fernandes ini masih merugi hingga Rp 1,64 triliun.
Meskipun begitu, besaran kerugian tersebut telah berkurang bila dibandingkan kerugian dengan tahun 2021 yang tercatat hingga mencapai Rp 2,34 triliun.
Adapun rugi per saham dasar tercatat Rp 154,41 dari sebelumnya Rp 219,29. Demikian dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Sabtu (22/4).
Rugi usaha AirAsia Indonesia pun juga turun tipis ke Rp 1,31 triliun dari yang sebelumnya sebesar Rp 1,67 triliun.
Kerugian karena beban bahan bakar AirAsia mencapai Rp 1,87 triliun, naik tajam dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 332 miliar. Begitu pula dengan beban perbaikan dan pemeliharaan yang naik menjadi Rp 674 miliar, dari sebelumnya Rp 294 miliar pada 2021.
Sementara beban penyusutan tahun 2022 telah turun menjadi Rp 636 miliar dari yang sebelumnya sebesar Rp 1,01 triliun. Sedangkan beban pelayanan pesawat dan penerbangan meningkat menjadi Rp 398 miliar dari Rp 70 miliar pada tahun 2021.
Adapun AirAsia Indonesia telah merogoh kocek lebih besar untuk gaji dan tunjangan sebesar Rp 351 miliar dari sebelumnya Rp 280 miliar. Beban pemasaran juga tercatat naik menjadi Rp 182 miliar, dari sebelumnya Rp 25 miliar.
Begitupun dengan beban sewa pesawat yang sebesar Rp 143 miliar, naik dari sebelumnya Rp 99 miliar. Lalu beban usaha lain perseroan juga tercatat melonjak menjadi Rp 1,11 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp 227 miliar.
Sementara total aset tercatat mengalami kenaikan tipis dari Rp 5,13 triliun menjadi Rp 5,35 triliun. Liabilitas juga mengalami kenaikan dari Rp 10,33 triliun menjadi Rp 12,17 triliun.