Emiten sawit milik Grup Astra, PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) mencatatkan penurunan laba dan pendapatan pada kuartal pertama 2023.

Anak usaha PT Astra International Tbk (ASII) ini mencatatkan pendapatan Rp 4,76 triliun, turun dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp 6,58 triliun. Seluruh segmen bisnis AALI nampak kompak melemah.

Adapun pendapatan AALI berasal dari minyak sawit mentah dan turunannya senilai Rp 4,35 triliun, inti sawit dan turunannya sebesar Rp 399,58 miliar, dan lainnya sejumlah Rp 4,30 miliar.

Namun beban penjualan AALI membengkak 58,20% secara tahunan menjadi Rp 146,18 miliar. Perseroan juga berbalik menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp 3,40 miliar. Dibandingkan pada periode Maret 2022 yang mencatatkan keuntungan selisih kurs senilai Rp 12,73 miliar.

Alhasil laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan Astra Agro Lestari sebesar Rp 224,72 miliar atau anjlok 53,51% dari sebelumnya Rp 483,45 miliar.

Seiring dengan penurunan kinerja tersebut, laba per saham dasar AALI juga turun dari Rp 251,18 menjadi Rp 116,76 per 31 Maret 2023.

AALI memiliki total aset senilai Rp 29,38 triliun. Total liabilitas sejumlah Rp 6,9 triliun dan total ekuitas sebesar Rp 22,48 triliun. Kemudian kas dan setara kas seniai Rp 1,91 triliun.

Sementara itu Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) AALI telah menetapkan dividen tahun buku 2022 sebesar Rp 404 per saham. Dividen tunai tersebut termasuk dividen interim sebesar Rp 85 per saham yang sudah perseroan bayar pada 24 Oktober 2022.

Sisanya Rp 319 per saham akan disetor sebagai dividen final pada 4 Mei 2023 kepada pemegang saham yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham per 14 April 2023 pukul 16.00 WIB.

Sebelumnya Presiden Direktur Astra Agro Lestari Santosa mengatakan, perseroan akan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 1,5-1,7 triliun tahun ini. Sebagian besar capex 2023 akan dimanfaatkan perseroan untuk mendanai penanaman kembali tanaman sawit dan perawatan tanaman belum menghasilkan (TBM). Kemudian untuk memperbaiki infrastruktur dan perawatan pabrik, seperti pergantian dan peremajaan alat.

“Jadi range capex 2023 kami berkisar Rp 1,5-1,7 triliun, tidak terlalu besar. Dari situ, mungkin separuhnya untuk TBM, karena kenaikan harga pupuk tahun lalu luar biasa tinggi, sekitar 92%. Jadi belum final, sedang saya evaluasi, karena perubahan harga pupuk tersebut,” katanya.

Adapun jumlah capex itu seiring dengan target pertumbuhan produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari kebun inti yang bisa tumbuh 5% dari realisasi tahun lalu. Proyeksi ini sejalan dengan kalkulasi usia tanaman dan faktor cuaca. Hal tersebut dikarenakan perseroan terakhir melakukan ekspansi pembukaan lahan pada 10 tahun lalu. 

Sebagai informasi, Astra Agro Lestari merupakan perusahaan yang terbentuk atas penggabungan (merger) dari beberapa perusahaan yang mengembangkan industri perkebunan di Indonesia sejak lebih dari 30 tahun yang lalu. Sampai dengan tahun 2021, luas area yang dikelola perseroan mencapai 286.727 hektar yang tersebar di pulau Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.