Penjualan Batu Bara Naik 26%, PTBA Raup Laba Bersih Kuartal I Rp 1,2 T
PT Bukit Asam Tbk berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp 1,2 triliun pada tiga bulan pertama 2023. Lonjakan penjualan batu bara sebesar 26% menjadi 8,8 juta ton menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan kinerja operasional perusahaan.
Sekretaris Perusahaan PTBA, Apollonius Andwie mengatakan pencapaian laba bersih didukung oleh peningkatan kinerja operasional. Total produksi batu bara pada triwulan I 2023 mencapai 6,8 juta ton, tumbuh 7% dibanding periode yang sama tahun 2022 yakni sebesar 6,3 juta ton.
"Kenaikan produksi ini seiring dengan kenaikan volume penjualan batu bara sebesar 26% menjadi 8,8 juta ton," ujar Apollo dalam siaran pers pada Jumat (28/4).
Perusahaan tambang pelat merah ini juga mencatat penjualan ekspor mencapai 3,6 juta ton atau naik 59% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Dari penjualan batu bara perusahaan memperoleh pendapatan sebesar Rp 10 triliun.
Lebih lanjut, realisasi Domestic Market Obligation (DMO) tercatat sebesar 5,2 juta ton atau tumbuh 10% secara tahunan. Berbagai hal yang menjadi tantangan bagi Perseroan di tahun ini adalah koreksi harga batu bara, fluktuasi pasar, hingga kondisi geopolitik.
Harga Pokok Penjualan (HPP) mengalami kenaikan, di antaranya karena biaya jasa penambangan, bahan bakar, royalti dan angkutan kereta api. "Karena itu, PTBA terus berupaya memaksimalkan potensi pasar di dalam negeri serta peluang ekspor untuk mempertahankan kinerja positif," ujar Apollo.
Perseroan menargetkan produksi batu bara menjadi 41,0 juta ton untuk tahun 2023 atau naik 11% dari realisasi tahun 2022 yang sebesar 37,1 juta ton. Terkait volume penjualan batu bara 2023, Perseroan menargetkan peningkatan penjualan menjadi 41,2 juta ton atau naik 30% dari realisasi penjualan batu bara tahun 2022 sebanyak 31,7 juta ton.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor batu bara sepanjang kuartal I 2023 mencapai US$ 10,1 miliar atau sekira Rp 150 triliun. Adapun, realisasi ekspor pada Januari hingga Maret sebesar 122,8 juta ton atau menyumbang 23,7% dari kuota ekspor batu bara tahunan yang sebesar 518 juta ton.
Cina menjadi negara eksportir terbesar dengan nilai transaksi mencapai US$ 2 miliar. Posisi kedua dan ketiga secara berturut-turut ditempati oleh India dan Jepang, dengan nilai ekspor sebesar US$ 1,9 miliar dan US$ 1,8 miliar.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan, capaian kinerja produksi batu bara kuartal I 2023 sebesar 170,2 juta ton. Angka ini lebih rendah 1,6% dari target 173 juta ton, karena kendala faktor cuaca dengan tingginya curah hujan.
"Tantangan kegiatan produksi lebih ke masalah cuaca yang cenderung sering hujan sehingga capaian produksi sedikit di bawah target triwulan," kata Direktur Pembinaan Pengusahaan Batu Bara Kementerian ESDM, Lana Saria lewat pesan singkat pada Kamis (13/4).
Dia juga menyampaikan, realisasi pemasaran ekspor sebanyak 122,84 juta ton yang dikirim ke beberapa negara asia timur seperti Cina, Korea Selatan, Jepang dan Taiwan. Selain itu, batu bara Indonesia juga diminati oleh sejumlah negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Vietman dan Bangladesh.
Sementara itu, realisasi pasokan batu bara untuk kebutuhan DMO kelistrikan hingga akhir Maret 2023 mencapai 31,35 juta ton atau 19,4% dari target kebutuhan pasokan batu bara untuk pembangkit listrik PLN yang mencapai 161,2 juta ton sepanjang tahun ini.