Kerugian Garuda Turun 51% jadi Rp 1,62 Triliun di Kuartal Pertama 2023

Garuda Indonesia
Maskapai Garuda Indonesia mencatatkan penurunan kerugian 51% menjadi Rp 1,60 triliun pada kuartal pertama tahun ini.
Penulis: Syahrizal Sidik
4/5/2023, 18.54 WIB

Emiten maskapai penerbangan BUMN, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), mencatatkan penurunan kerugian bersih senilai 50,91% menjadi sebesar US$ 110,03 juta atau sebesar Rp 1,62 triliun dengan rata-rata kurs Rp 14.762 per dolar AS pada kuartal pertama 2023.

Pada periode sama di tahun sebelumnya, Garuda tercatat membukukan kerugian bersih senilai US$ 224,14 juta atau setara Rp 3,30 triliun. Pencatatan rugi bersih pada tahun kinerja berjalan ini dipengaruhi oleh penerapan standar akuntansi PSAK 73 yang mengatur tentang pembukuan transaksi sewa pada beban operasi.

Emiten bersandi GIIA ini tercatat mengantongi kenaian pendapatan usaha 72% pada kuartal 1 2023 menjadi US$ 602,99 juta atau sekitar Rp 8,90 triliun jika dibandingkan dengan catatan pendapatan usaha pada 3 bulan pertama di tahun 2022 sebesar US$ 350,15 juta yang setara Rp 5,16 triliun. 

Pertumbuhan pendapatan usaha ini selaras dengan peningkatan trafik penumpang yang berhasil dicatatkan Garuda Indonesia Group pada kuartal 1-2023 yang sedikitnya berjumlah 4,5 juta penumpang atau tumbuh sekitar 60% jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar 2,7 juta penumpang.

Pertumbuhan pendapatan usaha Garuda selama tiga bulan pertama 2023 ditunjang oleh capaian pendapatan penerbangan berjadwal US$ 506,82 juta yang tumbuh sebesar 87% serta komposisi pendapatan lainnya yang tumbuh sebesar 50% menjadi US$ 83,35 juta pada tiga bulan pertama di tahun 2023 ini.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan di kuartal 1 2023 perusahaan membukukan arus kas positif di mana perusahaan mencatatkan komposisi pencatatan kas masuk yang lebih besar dibandingkan beban operasi.

"Capaian ini menjadi langkah berkesinambungan dan awal transformasi kinerja yang secara konsisten menunjukan outlook positif dari upaya perbaikan kinerja usaha yang terus dilakukan secara berkelanjutan," kata Irfan, dalam keterangan resmi, Kamis (4/5).

"Hal ini juga menjadi tindak lanjut dari dirampungkannya tahapan restrukturisasi perusahaan pada tahun 2022 lalu."

Hingga Maret 2023, Garuda Indonesia turut mencatatkan pertumbuhan EBITDA hingga 92% yakni menjadi US$ 71 juta atau membaik dibandingkan dengan EBITDA pada periode yang sama di tahun 2022 sebesar US$ 37 juta.

Pada akhir Maret 2023 lalu, perusahaan juga telah menyelesaikan pemenuhan kewajiban terhadap kreditur yang termasuk dalam klasifikasi kreditur dengan nilai tagihan hingga Rp 255 juta.

Pemenuhan kewajiban tersebut sejalan dengan Perjanjian Perdamaian PKPU yang sebelumnya telah disahkan melalui putusan homologasi PN Jakarta Pusat, dan dalam implementasinya turut diselaraskan dengan fokus misi transformasi yang berjalan.

Penyelesaian kewajiban Garuda Indonesia tersebut telah dirampungkan terhadap 254 kreditur yang memiliki nilai tagihan hingga Rp 255 juta, dengan total nilai tagihan yang dibayarkan mencapai hingga Rp 15,43 miliar.