Emiten bank digital PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) melaporkan telah mengantongi dana sebesar Rp 996,6 miliar dari hasil penambahan modal melalui hak memesan efek terlebih dahulu ke-10 atau rights issue.
Direktur Digital dan Operasional Bank Raya, Bhimo Wikan Hantoro, menjelaskan hingga saat ini perseroan belum menggunakan perolehan dana rights issue yang dilakukan pada akhir tahun 2022 lalu.
“Realisasi Penawaran Umum Terbatas X yang terjadi di 2022 masih belum ada ya karena memang pencatatan modal dilaksanakan pada akhir tahun lalu,” ucap Bhimo, dalam konferensi pers, Rabu (10/5).
Bhimo juga menambahkan, perseroan berencana untuk menggunakan dana hasil right issue tersebut untuk penguatan permodalan dan ekspansi guna memenuhi ketentuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Kita akan terus melakukan pengembangan produk-produk yang inovatif sesuai dengan visi misi dan target market kita,” kata Bhimo.
Bank Raya juga berencana untuk memfokuskan pada target pasar dalam BRI Group yang akan dilakukan melalui penyaluran pinjaman dan memperkuat ekosistem pembayaran Bank Raya dari segi segmen market baru, gig ekonomi, serta ekosistem BRI Group.
Diberitakan sebelumnya, induk dari Bank Raya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mengeksekusi seluruh haknya dalam rights issue Bank Raya.
Bank Raya menerbitkan sebanyak-banyaknya 2,32 miliar saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Jumlah saham baru itu sebesar 9,26% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh perusahaan.
Transaksi tersebut telah rampung pada 19 Desember 2022. Sebelum transaksi, sebagai pengendali, BRI menggenggam 19,49 juta saham Bank Raya atau 85,72%. Lalu bertambah sebanyak 1,98 miliar setelah transaksi.
Sehingga, BRI kini menguasai sebanyak 21,48 miliar saham atau 86,85% kepemilikan di bank yang dulunya bernama Bank Agro tersebut.