PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk berencana membangun pabrik kertas baru di Karawang, Jawa Barat. Untuk mewujudkannya, emiten kertas milik Grup Sinarmas itu menggelontorkan investasi US$ 3,6 miliar atau setara Rp 57,1 triliun dengan kurs Rp 15.731 per dolar AS.
Namun karena nilai transaksi itu setara dengan 64,8% nilai ekuitas perseroan per 31 Desember 2022, maka perseroan membutuhkan restu pemodal dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada Selasa (16/5) pagi besok.
Adapun sumber dana 60% atau US$ 2,2 juta berasal dari pinjaman bank jangka panjang atau lembaga keuangan lainnya. 40% atau US$ 1,4 juta sisanya berasal dari modal perusahaan.
Direktur merangkap Corporate Secretary PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk Heri Santoso mengatakan, pabrik baru ini akan menghasilkan kertas industri dengan kapasitas 3,9 juta ton per tahun. Rinciannya, kertas putih industri sebanyak 3 juta ton per tahun dan kertas coklat industri 0,9 juta ton per tahun.
Sebagai informasi, Indah Kiat telah memiliki pabrik kertas di Perawang Riau dengan kapasitas produksi pada 2022 sebesar 3,1 juta ton bubur kertas per tahun. Lalu pabrik di Serang, Banten dengan kapasitas produksi 1,6 juta ton kertas per tahun.
Berikutnya, pabrik kertas di Tangerang, Banten dengan kapasitas produksi 2,2 juta ton kertas industri per tahun dan 108 ribu ton tisu per tahun.
Adapun pembangunan pabrik baru ini akan meningkatkan pendapatan dan laba di masa yang akan datang. “Setelah pembangunan pabrik, rata-rata pertumbuhan laba perseroan dari tahun 2023 hingga 2030 ditaksir 20,16%. Sedangkan sebelum transaksi ini hanya 9,21%,” katanya dalam keterbukaan informasi BEI dikutip Senin (15/5).
Di mana pada tahun 2023, perseroan menargetkan pendapatan senilai US$ 3,9 miliar dan laba bersih US$ 462,9 juta. Jika pabrik baru itu beroperasi, maka pendapatan mencapai US$ 3,9 miliar dan laba bersih senilai US$ 468,2 juta.
Lalu pada tahun 2024, perseroan menargetkan pendapatan mencapai US$ 4 miliar dan laba bersih US$ 462,5 juta. Bila pabrik telah dibangun pada 2024, pendapatan mencapai US$ 5,4 miliar dan laba US$ 609,6 juta.
Dalam analisanya, perseroan memperkirakan permintaan produk kertas dapat terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi global terutama pertumbuhan ekonomi kawasan Asia yang cukup baik.
Selain itu, pembangunan pabrik kertas ini dilakukan seiring dengan meningkatnya permintaan produk kertas industri Indah Kiat untuk pasar domestik dan pasar ekspor yang secara bertahap meningkat setiap tahunnya.
Di sisi lain ada keterbatasan kapasitas produksi, sehingga dengan kondisi ini Indah Kiat bermaksud untuk membangun fasilitas produksi di Karawang.
Secara rinci pabrik kertas industri beserta dengan sarana pendukungnya akan dibangun diatas bidang tanah milik PT Persada Kharisma Perdana dan PT Paramacipta Intinusa.
Sejumlah pihak yang terlibat dalam pembangunan tahap awal, yakni PT Adhi Karya Tbk atau ADHI, PT Gunung Patapaan Abadi, PT Lancarjaya Mandiri Abadi, PT Masterpancang Pondasi, PT Pakubumi Semesta, PT Putra Bintang Sembada, PT TeamworkX Indonesia, dan PT Top Pondasi Indonesia.
Prospek Emiten Kertas
Pada awal April 2023 Pemerintah Tokyo kembali merevisi peraturan Green Procurement Guide. Hal tersebut akan memberikan dampak positif karena berpotensi untuk meningkatkan ekspor produk kertas dari Indonesia ke Jepang.
Jika melihat data historikal, dalam 5 tahun terakhir sejak 2018 hingga 2022, tren ekspor produk kertas Indonesia masih fluktuatif dan cenderung menurun. Pada 2018, ekspor kertas Indonesia ke Jepang mencapai US$ 255,5 juta. Namun disaat 2022, ekspor produk kertas Indonesia ke Jepang mencapai sebesar US$ 259,7 juta. Secara kumulatif, dalam 5 tahun terakhir nilai ekspor produk kertas dari Indonesia ke Jepang mencapai sebesar US$ 1,3 miliar.
“Kinerja emiten kertas berpotensi tumbuh positif seiring dengan adanya revisi peraturan Green Procurement Guide yang berpotensi meningkatkan ekspor tersebut. Kinerja positif tersebut akan terefleksi pada kuartal II 2022,” kata Financial Expert Ajaib Sekuritas Chisty Maryani.
Prospek secara jangka panjang pada kinerja emiten kertas juga masih sangat positif karena permintaan kertas yang masih tinggi baik dalam negeri maupun global. Saat ini, emiten kertas pun juga mulai fokus untuk mengalihkan kemasan berbahan kertas menggantikan produk plastik, dimana permintaan penggunaan produk plastik cukup tinggi mengingat permintaan dari tren e-commerce meningkat.
Sedangkan kata Chisty, katalis negatif emiten kertas berasal dari potensi penurunan permintaan akibat perekonomian global yang melambat dan sentimen pelaku pasar global pada pasar Amerika Serikat atas potensi gagal bayar utang. Selain itu, penurunan harga komoditas bubur kertas pada pasar komoditas global juga turut menjadi katalis negatif.
“Dari katalis negatif tersebut, diharapkan emiten-emiten kertas mampu memperkuat pangsa pasar domestik agar profitabilitasnya dapat bertahan menghadapi potensi risiko dari tekanan global,” katanya.