Harga saham PT Garuda Indonesia Tbk atau GIAA terbang 9,8% atau 6 poin, menyentuh Rp 67 per saham pada penutupan sesi pertama perdagangan Selasa (30/5). Kenaikan ini seiring dengan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) perseroan yang dilaksanakan hari ini.
Menurut data perdagangan, harga saham emiten pelat merah ini sempat turun di level Rp 58 per saham sebagai harga terendah dari harga penutupan Senin (29/5) yakni Rp 61 per saham. Bahkan saat pembukaan, sahamnya terkoreksi di level Rp 60 per saham, namun kembali pulih di zona hijau.
Saham perusahaan aviasi milik BUMN ini diperdagangkan dengan nilai transaksi Rp 12,7 miliar. Sementara itu, frekuensi perdagangannya tercatat sebanyak 4.243 kali, dengan rentang harga penjualan Rp 58-67 per saham. Serta nilai kapitalisasi pasar yaitu Rp 6,1 triliun.
Melansir data BEI, saham GIAA merosot 67,2% secara year to date. Sedangkan secara mingguan menguat 17,5%. Lalu sepanjang tiga tahun terakhir sahamnya tercatat anjlok 67,3%.
Bahkan harga saham GIAA pernah menyentuh Rp 51 pada perdagangan Jumat (10/5) alias saham gocap setelah menyentuh batas bawah atau auto reject bawah.
Sebelumnya Garuda Indonesia menyebut belum akan membagikan dividen kepada pemegang saham untuk tahun buku 2022. Padahal Garuda Indonesia membukukan laba bersih sebesar US$ 3,7 miliar atau setara dengan Rp 55,9 triliun (asumsi kurs Rp 14.968,65 per dolar AS) sepanjang 2022.
"Pencetakan laba karena ada pembalikan liabilitas. Kami masih akan diskusikan dengan pemegang saham mayoritas yaitu pemerintah, nanti keuntungan ini mau diapakan perlakuannya," kata Direktur Utama GIAA Irfan Setiaputra kepada Katadata.co.id, dikutip Rabu (12/4).
Ia mengatakan ada keinginan dari Garuda Indonesia untuk membagikan dividen kepada para pemegang saham. Namun Irfan mengaku bingung untuk membagikan dividen tersebut mengingat kondisi laba yang untung, tapi karena pembalikan utang. "Mayoritas keuntungan kita kalau tidak ingin dibilang 99% itu karena pembalikan utang," ucap Irfan.