PT TBS Energi Utama Tbk menargetkan 80% pendapatan perusahaan tidak lagi datang dari bisnis batu bara di 2030.
Wakil Presiden Direktur PT TBS Energi Utama Tbk Pandu Sjahrir mengatakan perusahaan akan bertumpu pada tiga lini bisnis utama; energi terbarukan dan perdagangan karbon, kendaraan listrik, dan waste management.
“Kami mengerahkan 90% belanja modal 2023 di lini bisnis ini,” katanya, dalam diskusi Kamar Dagang AS (AmCham) dan CarbonX, Rabu (31/5).
Jika melihat laporan keuangan perusahaan, segmen pertambangan dan perdagangan batubara masih berkontribusi paling besar terhadap pendapatan emiten berkode TOBA ini. Pada 2022, pendapatan dari segmen ini mencapai US$ 582,9 juta atau sekitar 92% dari total pendapatan. Adapun 7% sisanya dari segmen Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dan sisanya dari segmen lainnya.
Pandu menjelaskan khusus di bisnis kendaraan listrik, TBS Energi berkolaborasi dengan GoTo meluncurkan motor listrik Electrum. Sekitar 30% dari belanja modal tahun ini akan disalurkan untuk pengembangan ekosistem Electrum.
Sebelumnya, TBS Energi menargetkan investasi senilai US$ 500 juta atau Rp 7,5 triliun pada sektor energi terbarukan dan kendaraan listrik hingga 2025. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan fokusnya pada transisi bisnis energi hijau dan mencapai target carbon neutrality pada 2030.
Sebelumnya, TBS Energi Utama mengumumkan komitmen untuk mencapai net zero emission atau netralitas karbon pada 2030 di konferensi iklim PBB, COP26, di Glasgow, Skotlandia, tahun lalu. Untuk penerapan konsep berkelanjutan yang lebih menyeluruh, perusahaan memutuskan memperkuat komitmen ESG.
Komitmen ini disebut dengan nama TBS2030, yang merupakan singkatan dari “Towards a Better Society 2030”. Ini terdiri dari 12 tujuan yang menjadi acuan dan peta jalan perusahaan berkode emiten TOBA ini dalam menjalani bisnis dari level strategis sampai operasional di lapangan.