PT Kimia Farma Tbk kian menggenjot berbagai strategi untuk mengejar perolehan laba di tahun 2023. Emiten farmasi BUMN tersebut diketahui menargetkan laba bersih sebesar Rp 130 miliar atau berbanding terbalik dari capaian tahun lalu yang rugi Rp 170 miliar.
Analis Henan Putihrai Jono Syafei mengatakan, prospek Kimia Farma akan didorong oleh perbaikan dari lini kinerja keuangannya. Apalagi utang emiten farmasi dengan kode saham KAEF tersebut yang selama ini menjadi momok bagi kinerja perseroan terus berkurang.
Tercatat pada kuartal pertama 2023 utang atau liabilitas perseroan secara total mengalami penurunan menjadi Rp 10,59 triliun dari akhir tahun 2022 yang sebesar Rp 11,01 triliun. Di mana utang jangka pendek pada periode tersebut tercatat menurun menjadi Rp 7,67 triliun dari sebelumnya Rp 8,03 triliun. Begitupun dengan utang jangka panjang yang turun dari Rp 2,98 menjadi Rp 2,91 triliun.
“Kalau melihat kinerja kuartal pertama 2023 dengan utang yang berkurang juga tentu target laba Rp 130 miliar dapat tercapai,” katanya kepada Katadata.co.id, Rabu (14/6).
Apalagi menurut Jono, kebutuhan farmasi dan pelayanan kesehatan akan selalu ada. Perseroan juga merupakan pemain di industri kesehatan dari hulu hingga ke hilir seperti produksi obat, distribusi dan juga memiliki bisnis klinik.
Kimia Farma diketahui memang sedang berupaya untuk menurunkan beban usahanya dari tahun lalu. Hal itu nampak dari kinerja di 2022. Tahun lalu KAEF berhasil menurunkan beban usaha sebesar 5,41% atau Rp 189 miliar dibandingkan tahun 2021. Efisiensi beban usaha dilakukan melalui optimalisasi biaya distribusi untuk seluruh produk.
Di samping itu, KAEF mengupayakan penurunan beban keuangan sebesar 14,21% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini ditopang dengan dukungan perbankan melalui penurunan suku bunga dan kredit investasi, serta refinancing.
Sementara itu Direktur Keuangan Kimia Farma Lina Sari mengatakan, peningkatan laba perseroan di 2023 tersebut seiring kenaikan penjualan yang ditargetkan mencapai Rp 11,6 triliun pada tahun ini. Target tersebut meningkat 20,8% dari penjualan sepanjang tahun 2022 sebesar Rp 9,6 triliun.
Lina mengatakan, untuk menopang target kinerja BUMN sektor farmasi itu, manajemen Kimia Farma telah mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure sebesar Rp 1,2 triliun.
“Dana capex itu disiapkan untuk pengembangan segmen ritel, manufaktur, dan untuk pengembangan bisnis,” katanya dalam keterangan resmi dikutip Minggu (4/6).
Strategi pengembangan bisnis di Kimia Farma dilakukan dengan mengakselerasi inovasi produk dan layanan, serta penguatan bisnis. Salah satu bentuk pengembangan bisnisnya, KAEF menguatkan portofolio end to end business dan mengembangkan kategori produk vitamin, mineral dan suplemen.
Selain itu, Kimia Farma juga melakukan kerja sama strategis dengan institusi lokal dan global, serta mengembangkan produk-produk di Anatomical Therapeutic Class 2.
Perseroan juga terus mengembangkan bisnisnya melalui saluran digital bernama Kimia Farma Mobile. Layanan aplikasi ini terhubung dengan 1.214 apotik, 419 klinik kesehatan, dan 72 laboratorium klinik. Hingga saat ini aplikasi Kimia Farma Mobile telah diunduh lebih dari 1,1 juta pengguna.
Pada kuartal pertama 2023, Kimia Farma mencatat pendapatan Rp 2,30 triliun atau naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,26 triliun. Kenaikan pendapatan diperoleh dari perbaikan portofolio penjualan produk etikal.
Perusahaan tercatat mengantongi EBITDA Rp 238,97 miliar. Beban pokok penjualan perseroan turun secara tahunan pada kuartal I tahun 2023 menjadi Rp 1,44 triliun.
Alhasil laba tahun berjalan yang dapat didistribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepentingan non pengendali sebesar Rp 24,62 miliar, meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp 2,52 miliar. Namun laba bersihnya tercatat Rp 386,49 juta atau turun dibanding tahun sebelumnya Rp 5,76 miliar.