Anak usaha hulu Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi (PHE) tengah dalam proses menuju penawaran umum perdana atau initial public offering (IPO) saham. IPO tersebut digadang-gadang akan menjadi yang terbesar secara cakupan dananya sepanjang sejarah pasar modal Indonesia bahkan Asia Tenggara.
Langkah itu menyusul PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) yang sudah tercatat lebih dulu di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada kuartal I 2023.
Namun kabar teranyar menyebutkan bahwa rencana IPO tersebut bisa saja mundur ke tahun depan, dari rencana awalnya tahun ini. Adapun PHE telah melakukan registrasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tahap ke-1 dan ke-2 dan sedang melanjutkan proses kajian lebih lanjut.
Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengatakan, IPO PHE masih terus dalam proses. Namun untuk waktu go public di BEI ia masih enggan menyebutkannya.
“Kita lihat timing yang pas yah, masih terus berproses. Masih terus dilihat kemungkinannya, masih belum pasti,” katanya dalam acara Indonesia Data and Economic Conference (IDE) Katadata 2023 di Jakarta, Kamis (20/7).
Pertamina, ucap Emma tengah mengupayakan segala upaya agar IPO PHE sukses nantinya. Untuk itu persiapannya harus disiapkan secara matang benar.
“Kami lihat dari sisi market, dari sisi waktu, dari berbagai aspek, supaya hasilnya maksimal. Kami juga tidak mau hasilnya tidak optimal. Hasilnya harus optimal,” ungkap Emma.
Namun ketika ditanya berapa persen yang akan dilepas PHE dalam IPO nanti, ia masih enggan menjawabnya. “Belum boleh,” katanya.
Sebelumnya Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan, ada peluang IPO PHE digelar tahun depan. Sebab tujuan utama IPO PHE bukan hanya mencari pendanaan saja. Melainkan juga untuk mendapatkan mitra strategis yang bisa membawa PHE selangkah lebih maju.
"Kami targetnya sih (IPO) tahun ini, tapi kalau tahun ini tidak bisa dapat partner yang bagus, kan tidak mendesak juga. Kan bukan butuh duit kan, kami tidak butuh duit kan," ujar Ahok di Gedung Kementerian BUMN, Selasa (18/7).
Ahok mengatakan, mitra strategis tidak hanya datang dari investor di pasar modal, namun Pertamina bisa menjajaki kemitraan dengan Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA).
"Kami ingin dapat strategic partner, kami ingin bikin lebih transparan, kami ingin partner itu yang bawa nilai tambah, bawa teknologi, bawa uang, kan itu tujuannya," kata Ahok.
Ahok mengakui, proses IPO PHE saat ini masih terkendala regulasi di OJK. Di mana jumlah saham yang dilepas ke publik minimal 7,5%. Sedangkan bagi Pertamina, persentase itu dinilai terlalu besar.
"Kalau memang tidak bisa capai seperti itu, mungkin kami sesuai dengan dari konsultan, saya tidak tahu dari Pak Wamen atau Pak Menteri seperti apa yah keputusannya,” katanya.
PHE merupakan subholding upstream Pertamina yang memiliki produksi dan eksplorasi migas terbesar di Indonesia dan menjadi kontributor pendapatan terbesar bagi Pertamina. Targetnya hasil IPO akan merealisasikan rencana pertumbuhan produksi lima tahun ke depan.
Saat ini produksi minyak mentah Indonesia dari waktu ke waktu trennya menurun. Sehingga permodalan PHE disebut dapat meningkatkan pengembangan di wilayah kerja produksi yang dimiliki PHE baik di Indonesia maupun dikembangkan di beberapa negara lain diluar Indonesia.