PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk atau Bank Jatim menargetkan pertumbuhan laba 5%-6% untuk sepanjang tahun 2023.
Adapun laba bersih bank dengan kode emiten BJTM ini tercatat menurun 11,67% pada semester I 2023 menjadi Rp 815,36 miliar, dari periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini tak terlepas dari penurunan pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) 1,26% menjadi Rp 2,34 triliun pada semester I 2023.
Selain itu, bank juga mencatatkan kerugian penurunan nilai aset keuangan sebesar 37,26% menjadi Rp 288,55 miliar pada paruh pertama 2023. Untuk penyaluran kredit Bank Jatim mencatatkan Rp 49,21 triliun. Pertumbuhan kredit yang telah dicapai BJTM membuat loan to deposit ratio (LDR) perusahaan semakin membaik, dari 45,88% pada semester I 2022 meningkat menjadi 59,54% pada semester I 2023.
Penyaluran kredit Bank Jatim juga diikuti oleh perbaikan kualitas pinjaman. Hal itu terlihat dari rasio loan at risk (LAR) yang melandai di angka 5,77% pada semester I 2023, berbanding 6,86% di tahun sebelumnya. Rasio non performing loan (NPL) kotor Bank Jatim juga ikut menurun di angka 2,80% pada semester I 2023, berbanding 4,12% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Penurunan rasio NPL dan LAR ini menunjukkan bahwa kualitas kredit Bank Jatim menjadi semakin sehat dan menjadi tanda adanya recovery dari beberapa sektor ekonomi,” kata Direktur Utama BJTM Busrul Iman Busrul dalam paparan kinerja Bank Jatim, di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (25/7).
Jumlah penyaluran kredit tersebut mengalami peningkatan 13,02% dari periode yang sama tahun lalu yakni Rp 43,54 triliun.
Busrul menyampaikan bahwa pertumbuhan kredit tertinggi terjadi pada sektor komersial dan UKM sebesar 25,55% dan sektor konsumer 5,77%.
Busrul menjelaskan akses pembiayaan terhadap pelaku usaha harus dibuka selebar-lebarnya agar dapat menciptakan lapangan usaha yang baru. Sehingga bisa tercipta kesejahteraan untuk masyarakat.
Lebih lanjut Bank Jatim berambisi untuk menurunkan NPL menjadi 2% pada akhir tahun 2023. “Kami berusaha untuk lebih rendah NPL. Jadi sekarang sudah 2,8% tapi kami mendorong kalau bisa dibawah 2% pada akhir tahun 2023,” ujar Busrul.