Emiten produsen rokok, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), membukukan perolehan laba bersih senilai Rp 3,28 triliun hingga semester pertama 2023. Raihan laba tersebut melesat 243% dibanding capaian semester pertama 2022 yang senilai Rp 956,14 miliar
Naiknya perolehan laba seiring dengan menyusutnya beban pokok penjualan GGRM hingga Rp 8,61 triliun atau berkurang 15,24% menjadi Rp 55,85 triliun. Padahal, di periode sama tahun sebelumnya beban pokok Gudang Garam tercatat Rp 56,63 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan yang bermarkas di Kediri, Jawa Timur ini pada Senin (31/7), GGRM membukukan penurunan pendapatan 9,4% menjadi Rp 55,85 triliun ketimbang tahun sebelumnya Rp 61,72 triliun.
Sehingga, perusahaan mengantongi laba kotor senilai Rp 7,93 triliun, melesat 54,4% dari periode semester pertama 2023 yang sebesar Rp 5,13 triliun.
Tak hanya di pos beban pokok yang turun, beban usaha Gudang Garam juga turun menjadi Rp 3,57 triliun dari tahun sebelumnya Rp 3,88 triliun. Hal ini juga diikuti dengan penurunan beban bunga dari sebelumnya Rp 165,52 miliar menjadi Rp 319,12 miliar.
Dalam perkembangannya, saham Gudang Garam juga akan masuk dalam daftar terbaru indeks LQ45 mulai periode Agustus hingga Januari 2024 mendatang.
Indeks LQ45 diartikan sebagai daftar 45 saham yang paling likuid dengan kapitalisasi terbesar di bursa saham domestik berdasarkan kriteria penilaian yang dilakukan otoritas bursa.
Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan Bursa Efek Indonesia, saham Gudang Garam masuk sebagai anggota indeks LQ45 memiliki rasio jumlah saham publik yang beredar atau free float 17,16% dan bobotnya terhadap indeks mencapai 0,51%.
Merespons kinerja keuangan, saham Gudang Garam pada sesi pertama perdagangan Senin (31/7) terpantau naik 1,87% ke level Rp 28.625 dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp 55,08 triliun. Bila dilihat sejak awal tahun ini, saham GGRM naik 59,03%.