Sebagaimana diketahui, anak usaha PT Telkom Indonesia Tbk ini meraup laba bersih Rp 1,02 triliun pada semester I-2023, atau meningkat 14,7% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp892 miliar.
Peningkatan laba ditopang oleh kenaikan pendapatan sebesar 10,8% menjadi Rp4,13 triliun. Kontribusi terbesar masih dari bisnis tower yang meraih pendapatan Rp3,76 triliun baik dari tower leasing maupun reseller.
Hingga 30 Juni 2023, perusahaan memiliki 36.719 menara meningkat 27,6% dari periode yang sama tahun lalu. Dengan tambahan 1.301 menara baru, kini MTEL adalah perusahaan dengan kepemilikan menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara.
Sebanyak 15.354 menara berada di Jawa dan 21.365 menara berada di luar Jawa atau sekitar 58% dari total menara. Sejalan dengan peningkatan jumlah menara, jumlah tenant meningkat 24,6% menjadi 54.718 tenant. Dari sisi tenancy, penambahan tenant di luar Jawa sebesar 26%, lebih tinggi dibandingkan di Jawa yang sebesar 22%.
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko menjelaskan ukuran usaha atau skala ekonomi menjadi salah satu kunci dalam memenangkan persaingan dalam bisnis menara. "Kami mulai memetik hasil dari ekspansi yang tercermin dari pertumbuhan pendapatan," ucap Teddy.
Teddy menjelaskan ekspansi yang dilakukan MTEL adalah menjadi pengelola menara telekomunikasi yang tidak dimiliki oleh salah satu operator telekomunikasi tertentu. Hal ini sekaligus memposisikan MTEL sebagai konsolidator dari kebutuhan menara operator seluler.
Dampaknya, ekspansi yang dilakukan oleh operator menjadi lebih efisien karena tidak perlu membangun tower baru. Mereka cukup menggunakan tower Mitratel yang sudah ada. "Kami meyakini tenancy ratio di luar Jawa akan terus meningkat seiring pertumbuhan dan pemerataan ekonomi yang mendorong operator seluler di Indonesia untuk terus berekspansi," ujar Teddy.
Bukan hanya dari menara, Mitratel juga memiliki unit bisnis fiber optik. Pada akhir Juni 2023 total aset fiber optik milik Mitratel tercatat 27.269 km termasuk hasil dari akuisisi sepanjang 6.012 km pada akhir 2022. Hal ini menjadi pendorong penambahan pendapatan sebesar Rp86 miliar.
MTEL saat ini juga sedang menggarap bisnis Power asa Service (PaaS). Teddy mengatakan model bisnis PaaS ini adalah penyediaan sumber energi baik untuk catu daya utama maupun sebagai cadangan ke perangkat-perangkat aktif operator telekomunikasi.
Kombinasi dari pertumbuhan pendapatan dan peningkatan efisiensi mendorong EBITDA Mitratel pada Semester I-2023 mencapai Rp 3,35 triliun, meningkat 16,1% secara yoy.
MTEL sebelumnya memberikan kisaran target pertumbuhan pendapatan dan EBITDA untuk tahun 2023 mencapai 11%. Dengan proyeksi pertumbuhan kinerja terutama dari sisi laba dan EBITDA sesuai ekspektasi pasar, BCA Sekuritas turut menyematkan rekomendasi beli saham Mitratel dengan harga Rp 950 setiap saham.
Senin ini, harga saham MTEL diperdagangkan pada rentang Rp 650 hingga Rp 660 setiap saham. Nilai kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 54,71 triliun.