PT Bank Central Asia Tbk (BCA) menjadi salah satu saham yang dinilai sudah kemahalan oleh para pelaku pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data RTI Selasa (1/8), saham dengan kode BBCA itu ada di harga Rp 9.125, bahkan akhir pekan lalu sempat menyentuh level tertingginya di Rp 9.400 per saham.
Kendati demikian, saham bank swasta nasional terbesar tersebut masih diminati oleh para investor. Salah satunya oleh investor kawakan Lo Kheng Hong.
Pria yang kerap disebut sebagai Warren Buffett asal Indonesia tersebut menjelaskan bahwa BCA adalah wonderful company. Artinya perusahaan memiliki kinerja yang sangat baik. Bahkan ia mengatakan tidak mungkin jika mengharapkan perusahaan yang sudah 23 tahun melantai di BEI dan terus mencatatkan kenaikan laba untuk didapatkan dengan harga saham yang murah.
“Masa kita mau mendapatkan wonderful company harga murah tentu tidak ada, menurut saya harga sekarang sudah sangat baik. Kalau kita lihat semua pemegang saham BCA sudah pernah cuan dari BCA. 23 tahun laba bertumbuh terus tentu tidak bisa mengharapkan dapat di harga yang murah,” ujar Lo Kheng Hong dalam siaran langsung Instagram bersama BCA Sekuritas, dikutip Selasa (1/8).
Bahkan Lo Kheng Hong mengatakan bahwa para investor yang membeli saham BBCA adalah orang-orang yang beruntung. Karena sepanjang 23 tahun BBCA melantai di BEI, capital gain perseroan sudah menyentuh 26.000%.
Sebagai informasi, capital gain adalah jumlah keuntungan seorang investor saat menjual kembali aset investasinya.
“BCA itu selama 23 tahun terus bertumbuh sudah membuat para pemegang sahamnya di Indonesia maupun mancanegara mendapatkan keuntungan. Pemegang saham BCA adalah orang yang beruntung apalagi yang long term karena mendapatkan cuan,” ujar Lo Kheng Hong.
Lebih lanjut kalau BCA tidak semahal sekarang, menurutnya ia akan memperhatikan kinerja masa lalu. Jika 23 tahun lalu kinerjanya sudah meningkat puluhan ribu persen, maka sebagai investor pasti menginginkan kinerjanya akan meningkat lagi sedemikian rupa pada masa-masa yang akan datang.
Sementara itu Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, dari pemegang saham BBCA 40% diantaranya merupakan investor jangka panjang. Hal itu didukung oleh kapitalisasi pasar terbesar yang dimiliki BBCA. BBCA berada di urutan pertama emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI mencapai Rp 1.114 triliun atau berkontribusi 11,07% dari indeks harga saham gabungan.
Selain itu, saham BBCA merupakan nomor dua terbesar yang diburu investor asing. Secara year to date investor asing sudah mengakumulasi saham BBCA sebesar Rp 3 triliun.
“BBCA market cap terbesar jadi mau tidak mau harus punya koleksi ini dan menyebabkan favoritisme untuk saham BBCA cukup tinggi,” kata Jahja.
Para investor juga menyukai saham BBCA karena tak hanya berharap dari capital gain, namun juga dividen interim. Hal itu mengingat tak semua emiten mampu memberikan dividen interim secara rutin ke para pemegang sahamnya.
“Kalau kita melihat faktor-faktor itu maka ini hukum supply dan demand, suplainya sedikit tapi permintaannya banyak. Saham BCA mahal ibarat beli rumah di Menteng dibandingkan dengan di pinggiran,” ucap Jahja.