Dua emiten konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) karya telah melaporkan kinerjanya di semester pertama 2023, yaitu PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) dan PT Adhi Karya Tbk (ADHI). Perusahaan pelat merah ini terpantau masih mencatatkan kinerja yang belum baik. 

Misalnya saja WIKA yang kerugiannya naik 14,01% dari kerugian di periode yang sama tahun sebelumnya. Lalu ADHI yang mencatatkan laba kecil, walaupun perusahaan meraih pendapatan hingga Rp 6,3 triliun. Namun harus tertekan oleh beban pokok pendapatan perusahaan yang naik 1,32% menjadi Rp 5,7 triliun 

Selain itu masih adanya isu atas indikasi pemalsuan laporan keuangan oleh WIKA. Walau demikian Wijaya Karya telah melaporkan kinerja keuangannya untuk paruh pertama tahun ini.  Sebelumnya Bursa Efek Indonesia (BEI) telah meminta pejelasan kepada perusahaan mengenai isu yang beredar ini.

Atas hal tersebut, Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, perseroan telah menyampaikan tanggapan dan penjelasan secara tepat waktu pada tanggal 13 Juli 2023 yang bersifat non publish. Sebab katanya, mengandung informasi yang bersifat confidential yang masih dalam tahap negosiasi atau tahap awal. 

"Bursa telah meminta perseroan untuk menyampaikan keterbukaan informasi yang merupakan informasi publik agar publik mendapatkan informasi terkini mengenai kondisi perseroan," katanya dalam keterangan resmi, Selasa (1/8).

Nyoman juga menyampaikan Bursa selalu memantau perkembangan kegiatan operasional perseroan dan kinerja keuangan perseroan. "Selain itu Bursa juga akan melakukan penelaahan atas setiap keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan," katanya. 

1. PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)

WIKA membukukan rugi periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 1,88 triliun pada semester pertama 2023. Kerugiannya membengkak 14,02% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya Rp 13,32 miliar.

Perusahaan pelat merah ini meraih pendapatan Rp 9,25 triliun pada kuartal kedua 2023. Perolehan pendapatan WIKA naik 28,81% dari sebelumnya Rp 7,18 triliun.

Jika menelisik dari laporan keuangannya, pendapatan terbesar Wijaya Karya ditopang oleh raihan infrastruktur dan gedung Rp 4,76 triliun. Pendapatan dari infrastruktur dan gedung naik 14,25% dibandingakan sebelumnya Rp 4,17 triliun.

WIKA juga mendapatkan pendapatan dari segmen industri Rp 2,17 triliun, segmen energi dan industrial plant Rp 1,65 triliun, dan hotel Rp 409 miliar. Sementara dari segmen realty dan properti perusahaan mendapatkan Rp 221 miliar dan segmen investasi Rp 54,03 miliar.

Di sisi lain dari pihak ketiga, WIKA juga meraih pendapatan. Misalnya dari PT Surya Dhoho Investama, WIKA mendapat Rp 896,89 miliar, dari PT Citra Karya Jabar Tol Rp 469,45 miliar, dari Badan Pengatur Jalan Tol Rp 350,83 miliar, dari PT Freeport Indonesia mendapat Rp 244,38 miliar.

Namun beban pokok pendapatan perusahaan perseroan juga membengkak hingga 29,25% menjadi Rp 8,47 triliun pada semester pertama 2023, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 6,55 triliun. Beban pokok pendapatan tertinggi berasal dari infrastruktur dan gedung Rp 4,37 triliun, lalu dari segmen industri Rp 2,01 triliun dan segmen energi dan industrial plant Rp 1,49 triliun.

Wijaya Karya membukukan aset Rp 72,17 triliun. Aset WIKA turun 3,85% pada Juni 2023 dibandingkan Desember 2022 Rp 75,06 triliun. Liabilitas WIKA tercatat Rp 56,7 triliun, turun 1,52% dari periode Desember 2022 Rp 57,5 triliun. Sementara ekuitasnya juga turun 11,54% menjadi Rp 15,47 triliun hingga semester I 2023 dibanding Desember 2022 yaitu Rp 17,49 triliun.

2. PT Adhi Karya Tbk (ADHI)

ADHI membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp 12,41 miliar. Laba perusahaan naik 21,31% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu Rp 10,23 miliar

Padahal pendapatan usaha Adhi Karya menembus Rp 6,35 triliun di semester pertama tahun ini. Perolehan pendapatannya naik 0,44% dari semester pertama tahun lalu Rp 6,32 triliun.

Melansir dari laporan keuangan, pendapatan terbesar Adhi Karya ditopang oleh teknik dan konstruksi Rp 5,19 triliun. Namun pendapatan dari teknik dan konstruksi turun 1,33% dibandingkan sebelumnya Rp 5,26 triliun.

ADHI juga mendapatkan pendapatan dari segmen properti dan pelayanan Rp 303,52 miliar. Lalu dari segmen manufaktur, perusahaan mendapat Rp 454,96 miliar dan segmen investasi serta konsesi, ADHI mendapat Rp 398,62 miliar

Namun beban pokok pendapatan perusahaan naik 1,32% menjadi Rp 5,7 triliun pada semester pertama 2023, dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 5,62 triliun. Beban pokok pendapatan tertinggi berasal dari teknik dan konstruksi Rp 4,81 triliun. Lalu dari segmen properti dan pelayanan Rp 239,85 miliar dan segmen investasi, serta konsensi Rp 169,04 miliar.

Adhi Karya membukukan aset Rp 39,34 triliun. Aset ADHI turun 1,6% pada Juni 2023 dibandingkan Desember 2022 Rp 39,98 triliun. Liabilitas ADHI tercatat Rp 30,42 triliun, turun 2,36% dari periode Desember 2022 Rp 31,16 triliun. Sementara ekuitasnya naik 1,08% menjadi Rp 8,91 triliun hingga semester I 2023 dibanding Desember 2022 yaitu Rp 8,82 triliun.

Reporter: Patricia Yashinta Desy Abigail